Total Tayangan Halaman

Rabu, 15 Agustus 2012

Ibu dan anakku

Entah kenapa, aku rasa aku sedang ingin memeluk ibuku malam ini. dengan amat erat aku memeluknya sambil membiarkannya bersandar diatas bahuku. Saat itu aku pun tak kuasa menahan air mata dan segala perasaan yang tercampur aduk di dalam hatiku. Perasan yang sudah terlalu lama kupendam dalam hatiku sendirian. Beberapa kata pun mulai terucap dari mulutku, seuntai kalimat demi kalimat pun mulai tersusun menjadi semua hal yang ingin ku ceritakan pada ibuku.
“Ibu, aku ingin bercerita padamu. Tentang semua kesedihan, kesakitan dan penderitaan batin yang telah aku alami”.

Sambil bercerita aku pun mulai teringat tentang semua kejadian yang pernah aku alami, semua hal pahit yang terus menerus datang dan menerpa kehidupanku dan ibuku.

Ayah memang beda

“Kamu dijemput siapa?” tanya Reza, teman sekelasku.
“Ayah,” jawab saya.
“Kamu selalu dijemput Ayah?” tanya Reza lagi.
Saya mengangguk, “Iya, Ayah selalu jemput. Jemput saja karena pagi dianter mobil jemputan sekolah,” jawab saya lagi.
Biasanya, abis asar Ayah sudaha ada di depan sekolah, tapi sudah sepuluh menit lewat, Ayah belum datang juga. Saya melihat jam tangan dengan gelisah. Takut terjadi apa-apa di jalan.
“Kamu enak, bisa dijemput Ayah,” kata Reza beberapa saat kemudian. Setelah kami sama-sama diam.
“Memangnya kamu tidak pernah dijemput Ayah?”
Reza menggeleng.
“Oh. Tapi kamu pakai antar jemput sekolah, kan?”
Reza mengangguk.
“Berarti tidak dijemput Ayah juga tidak apa-apa.”
Diam-diam saya melihat mata Reza. Sepertinya dia mau nangis. Apa saya salah bicara, ya?
“Kamu kenapa?” akhirnya saya bertanya.
Reza menggeleng, “Tidak apa-apa. Aku hanya ingin dijemput Ayah,” katanya.
Saya sedikit lega, “Kamu tinggal minta dijemput ayah kamu, kan?” tanya saya kemudian.
“Sudah, tapi Ayah selalu bilang tidak bisa,” jawab Reza sambil menunduk. Sepertinya, dia sekarang sudah menangis. Saya memberi sepotong coklat yang sedang saya makan.
“Tidak bisa kenapa?”
“Ayahku sangat sibuk. Ayah pergi ke kantor pagi-pagi sekali, bahkan ketika aku belum bangun. Ayah pulang kantor malam-malam, saat aku sudah tidur. Aku ketemu hanya hari sabtu dan minggu. Itu pun kalau Ayah tidak ada kegiatan di kantor.”
“Ooooh ...,” tiba-tiba saya teringat Ayah yang sampai sekarang belum jemput juga, padahal sudah lama sekali menunggu.
Ayah saya beda dengan ayah-ayah yang lain. Tiap pagi ayah yang membangunkan saya dan adik-adik saya. Ayah juga yang memandikan saya dan adik-adik saya. Kadang-kadang kalau bunda sedang sibuk, ayah juga yang menyuapi saya dan adik-adik saya sarapan.
Saya pernah tanya, kenapa ayah melakukan itu semua? Ayah jawabnya karena sayang sama saya dan adik-adik saya. Juga sayang sama Bunda. Sejak adik kedua saya lahir, di rumah tidak ada pembantu, jadi ayah dan bunda berbagi tugas mengurus saya dan adik-adik saya.
“Reza, jemputan kamu sudah mau pergi,” kata saya.
“Oh iya, aku pulang dulu, ya,” kata Reza.
Saya mengacungkan jempol.
“Kapan-kapan boleh kan, aku minta dijemput ayah kamu?” kata Reza sebelum pergi.
Saya tertawa kecil, “Ok. Nanti saya bilang Ayah, ya, kalau tidak sibuk,” kata saya.
Sepeninggal Reza, mobil Ayah datang. Saya tersenyum lebar melihat mobil ayah berhenti tepat di depan saya. Ayah menyuruh saya masuk mobil. Tidak lama kemudian mobil melaju kembali ke rumah. Ayah saya juga sibuk seperti ayah reza, tapi selalu punya waktu untuk saya. ah, ayah saya memang beda.

Best Friend

Suatu hari, ketika saya masih menjadi mahasiswa di sekolah tinggi, saya melihat seorang anak dari kelas saya berjalan pulang dari sekolah. Namanya adalah Kyle.Sepertinya ia membawa semua buku-bukunya. Saya berpikir sendiri, “Mengapa ada orang yang membawa pulang semua buku-bukunya pada hari Jumat Dia benar-benar harus menjadi kutu buku.” Aku telah cukup akhir pekan terencana (pihak dan permainan sepak bola dengan teman saya besok sore), jadi Aku mengangkat bahu dan melanjutkan.
Saat aku sedang berjalan, saya melihat sekelompok anak yang berjalan ke arahnya. Mereka berlari ke arahnya, mengetuk semua buku keluar dari lengan dan tersandung begitu ia mendarat di tanah. Kacamatanya melayang, dan aku melihat mereka mendarat di rumput sekitar tiga meter dari dia. Dia melihat ke atas dan saya melihat kesedihan yang mengerikan di matanya. Hati saya pergi kepadanya.Jadi, saya berlari ke arahnya dan ketika ia merangkak berkeliling mencari kacamatanya, dan aku melihat air mata di matanya.
Saat aku menyerahkan kacamatanya, aku berkata, “Orang-orang ini tersentak Mereka benar-benar harus hidup..” Dia menatapku dan berkata, “Hei terima kasih!”Ada senyum lebar di wajahnya. Itu adalah salah satu dari mereka tersenyum yang menunjukkan rasa terima kasih nyata. Aku membantunya mengambil buku-bukunya, dan bertanya di mana dia tinggal. Ternyata, dia tinggal dekat saya, jadi saya bertanya mengapa saya belum pernah melihat dia sebelumnya. Ia mengatakan ia telah pergi ke sekolah swasta sebelum sekarang. Saya tidak pernah bergaul dengan anak sekolah swasta sebelumnya. Kami berbicara sepanjang jalan rumah, dan aku membawa buku-bukunya. Dia ternyata anak pretty cool. Aku bertanya apakah ia ingin bermain sepakbola pada hari Sabtu dengan saya dan teman saya.Dia menjawab ya. Kami menutup akhir pekan dan semakin saya mengenal Kyle, semakin saya menyukainya. Dan teman-teman saya mengira sama dia.
Senin pagi datang, dan ada Kyle dengan setumpuk buku lagi. Aku berhenti dan berkata, “Sialan anak, Anda gonna benar-benar membangun beberapa otot serius dengan tumpukan buku setiap hari!” Dia hanya tertawa dan menyerahkan setengah buku. Selama empat tahun berikutnya, Kyle dan saya menjadi teman terbaik. Ketika kami senior, kita mulai berpikir tentang kuliah. Kyle memutuskan Georgetown, dan saya akan Duke. Saya tahu bahwa kami akan selalu menjadi teman, bahwa mil tidak akan pernah menjadi masalah. Dia akan menjadi dokter, dan aku akan untuk bisnis dengan beasiswa sepakbola. Kyle mengucapkan pidato perpisahan kelas kami. Aku menggodanya sepanjang waktu tentang menjadi nerd. Dia harus mempersiapkan pidato untuk kelulusan. Aku sangat senang itu tidak saya harus bangun di sana dan berbicara.
Hari wisuda, aku melihat Kyle. Dia tampak hebat. Dia adalah salah satu dari orang-orang yang benar-benar menemukan dirinya selama sekolah tinggi. Dia diisi dan benar-benar tampak baik dalam gelas. Dia memiliki lebih dari tanggal saya dan semua gadis mencintainya! Wah, kadang-kadang aku cemburu. Hari ini adalah salah satu hari. Aku bisa melihat bahwa ia gugup pidatonya. Jadi, saya memukul punggungnya dan berkata, “Hei, orang besar, Anda akan menjadi besar!” Dia menatapku dengan salah satu terlihat (yang benar-benar berterima kasih) dan tersenyum. ”Terima kasih,” katanya. Saat ia mulai pidatonya, ia berdeham, dan mulai.
“Wisuda adalah saat untuk mengucapkan terima kasih kepada mereka yang membantu Anda membuatnya melalui tahun-tahun sulit orangtua Anda, guru Anda, saudara Anda, mungkin pelatih … tapi kebanyakan teman.. Saya di sini untuk memberitahu kalian semua bahwa menjadi seorang teman dengan seseorang adalah hadiah terbaik yang dapat memberi mereka saya akan menceritakan sebuah kisah.. “ Aku hanya melihat teman saya dengan rasa tak percaya saat ia menceritakan kisah hari pertama kami bertemu. Dia telah merencanakan bunuh diri selama akhir pekan. Dia berbicara tentang bagaimana dia telah membersihkan lokernya sehingga Ibu itu tidak perlu melakukannya nanti dan membawa pulang barang-barangnya. Dia tampak keras saya dan memberi saya senyum kecil.”Untungnya, saya diselamatkan teman saya menyelamatkan saya dari melakukan tak terkatakan..”
Aku mendengar napas dalam melalui kerumunan karena hal ini anak, tampan populer memberitahu kami tentang saat nya paling lemah. Aku melihat Ibu dan ayahnya menatapku dan tersenyum senyum bersyukur sama. Tidak sampai saat itu saya menyadari kedalaman itu. Jangan pernah meremehkan kekuatan dari tindakan Anda.
Dengan satu gerakan kecil anda dapat mengubah hidup seseorang.
“Teman adalah malaikat yang mengangkat kita ke atas kaki kita ketika sayap kita memiliki kesulitan mengingat bagaimana terbang.”
–end—

Sebuah janji

“Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan rela mengalah padahal hati kecilnya menangis…”
***

Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Wina harus segera membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini. Gubrak…. Buku-buku yang dibawa Wina jatuh semua. Orang yang menabrak entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun tidak.

“Sial! Lari nggak pakek mata apa ya...” rutuk Wina. Dengan wajah masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh. Belum selesai Wina merapikan terdengar langkah kaki yang datang menghampirinya.

“Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya?” cemoh seorang cowok dengan senyum sinis. Sejenak Wina berhenti merapikan buku-buku, ia mencoba melihat orang yang berani mencemohnya. Ternyata dia lagi. Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan. Sumpah! Wina benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Wina nggak bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Wina mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok tersebut.

Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau Wina terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.

Teeeett… Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring. “Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu.” ucap cowok tersebut sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.

Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya. Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan. “Lo berubah.” gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Wina yang sudah selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan semangat 45 Wina mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri cowok tersebut dengan keras.

“Adooooww” pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.

“Makan tuh sakit!!” ejek Wina sambil berlari membawa buku-buku yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh kaki. Secara Wina pakek kekuatan yang super duper keras. Senyum kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.
***

“Wina….”

Wina menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata dari kejauhan Amel teman baiknya sejak SMP sedang berlari kearahnya. Dengan santai Wina membalikkan badannya berjalan mencari motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya. Wina emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari belakang.

“Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri.” ucap Amel dengan bibir monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo lagi ngambek.

“Sori deh Mel. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.”

“Bad mood? Jelas-jelas lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi pulang, nggak minta maaf lagi.” jelas Amel panjang lebar.

“Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu parahnya?” Wina benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget? Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.

“Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian Alex lho.”

“Enak aja. Orang dia yang mulai duluan.” bantah Wina membela diri.

Sejenak Amel terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis. “Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ” ujar Amel polos, tanpa bermaksud mengingatkan kejadian yang lalu. “Lagi pula gue udah bisa nerima kalo Alex nggak suka sama gue.”

“Tau ah gelap!”
***

Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai. Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Wina sendiri sudah membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.

“Makanya kalo nulis jangan kayak kura-kura.” Dengan gemas Wina menjitak kepala Amel. “Duluan ya, Mel. Disuruh nyokap pulang cepet nih!” Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.

Saat Wina membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka pintu kelasnya dari luar. “Eh, sori..” ucap Wina kikuk. Tapi begitu sadar siapa orang yang ada di depannya, Wina langsung ngasi tampang jutek kepada orang itu. “Ngapaen lo kesini? Masih sakit kakinya? Apa cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok kok banci baget!!!”

Jujur Alex udah bosen kayak gini terus sama Wina. Dia pengen hubungannya dengan Wina bisa kembali seperti dulu. “Nggak usah cari gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel.” ucap Alex dingin sambil celingak celinguk mencari Amel. “Hey Mel!” ucap Alex riang begitu orang yang dicarinya nongol.

“Hey juga. Jadi nih sekarang?” Amel sejenak melirik Wina. Lalu dilihatnya Alex mengangguk bertanda mengiyakan. “Win, kita duluan ya,” ujar Amel singkat.

Wina hanya benggong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi Amel dan Alex yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu organ tubuhnya. Biasanya Alex selalu mencari masalah dengannya. Namun kini berbeda. Alex tidak menggodanya dengan cemohan atau ejekan khasnya. Alex juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***

Byuuurr.. Fanta rasa stowberry menggalir deras dari rambut Wina hingga menetes ke kemeja putihnya. Wina nggak bisa melawan. Ia kini ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.

“Maksud lo apa?” bentak Wina menantang. Ia nggak diterima di guyur kayak gini.

“Belum kapok di guyur kayak gini?” balas cewek tersebut sambil menjambak rambut Wina. “Tha, mana fanta jeruk yang tadi?” ucap cewek itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Wina. Thata langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah terbuka.

“Lo mau gue siram lagi?” tanya cewek itu lagi.

Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan fanta stroberry atau pun jeruk? Teriak Wina dalam hati. Ia tau kalau cewek di depannya ini bernama Linda. Linda terkenal sesaentro sekolah karena keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan terus sekarat masuk rumah sakit, mending Wina diem aja. Ia juga tau kalo Linda satu kelas dengan Alex. Wait, wait.. Alex??? Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Lex, sampe gue tau lo biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!

“Gue rasa, gue nggak ada masalah ama lo.” teriak Wina sambil mendorong Linda dengan sadisnya. Wina benar-benar nggak tahan sama perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni nenek lampir perlu dikasi pelajaran.

Kedua teman Linda, Thata dan Mayang dengan sigap mencoba menahan Wina. Tapi Wina malah memberontak. “Buruan Lin, ntar kita ketahuan.” kata Mayang si cewek sawo mateng.

Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Wina dengan fanta jeruk. “Jauhin Alex. Gue tau lo berdua temenan dari SMP! Dulu lo pernah nolak Alex. Tapi kenapa lo sekarang nggak mau ngelepas Alex?!!”

“Maksud lo?” ledek Wina sinis. “Gue nggak kenal kalian semua. Asal lo tau gue nggak ada apa-apa ama Alex. Lo nggak liat kerjaan gue ama tuh cowok sinting cuma berantem?”

Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Wina. “Tapi lo seneng kan?” teriak Linda tepat disebelah kuping Wina. Kesabaran Wina akhirnya sampai di level terbawah.

Buuugg! Tonjokan Wina mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding satu. Jelas Wina kalah. Tak perlu lama, Wina sudah jatuh terduduk lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.

“Beraninya cuma keroyokan!” bentak seorang cowok dengan tegas. Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Wina juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Wina sudah tau. Tapi Ia nggak tau bener apa salah.

“Pergi lo semua. Sebelum gue laporin.” ujar cowok itu singkat. Samar-samar Wina melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu cowok tadi menghampiri Wina dan membantunya untuk berdiri. “Lo nggak apa-apa kan, Win?”

“Nggak apa-apa dari hongkong!?”
***

Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Wina dan Alex berada di ruang UKS. Wina membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di UKS. Alex memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar pipi Wina. Wina lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia nggak bakalan mau tangan Alex nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena terpaksa. Mau gimana lagi.

“Ntar lo pulang gimana?” tanya Alex polos.

“Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang.” jawab Wina jutek. Rasanya Wina makin benci sama yang namanya Alex. Gara-gara Alex dirinya dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Alex nggak datang. Mungkin dia bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.

“Tadi itu cewek lo ya?” ucap Wina dengan wajah jengkel.

“Nggak.”
 
“Trus kok dia malah ngelabrak gue? Isi nyuruh jauhin lo segala. Emang dia siapa? “ rutuk Wina kesal seribu kesal. Ups! Kok gue ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama Alex. Aduuuhh…

Alex sejenak tersenyum. “Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo” ucap Alex sambil menunjuk Wina.

Wina diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Alex menunjuknya. Padahal cuma nunjuk. “Ntar bisa pulang sendiri kan?” tanya Alex.
 
“Bisalah. Emang lo mau nganter gue pulang?”
 
“Emang lo kira gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak gue terus gue depresi terus lupaen segala sesuatu tentang diri lo. Gue masih paham bener tentang diri lo. Malah perasaan gue masi sama kayak dulu.” jelas Alex sejelas-selasnya. Alex pikir sekarang udah saatnya ngungkapin unek-uneknya.
“Lo ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat lo!” ancam Wina. Nih orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala puyeng, malah dikasi obrolan yang makin puyeng.
 
“Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal lo tau, gue selalu cari gara-gara ama lo itu ada maksudnya. Gue nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas lo nolak gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah ngajakin lo berantem.” Sejenak Alex menanrik nafas. “Lo mau nggak jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.”
 
Hening sejenak diantara mereka berdua. “Kayaknya gue pulang duluan deh.” Ucap Wina sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah kebiasaan Wina, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia bener-bener nggak tau harus ngapaen. Dulu ia nolak Alex karena Amel juga suka Alex. Tapi sekarang?

“Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah.” Alex berbicara tepat saat Wina sudah berada di ambang pintu UKS.

Wina diam tak sanggup berkata-kata. Dilangkahkan kakinya pergi meninggalkan UKS. Meninggalkan Alex yang termenung sendiri.
***

Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang. Diliriknya bangku sebelah. Amel belum datang. Wina sendiri tumben datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas sudah padat akan penduduk. Semalam Wina nggak bisa tidur. Entah kenapa bayangan Alex selalu terbesit di benaknya. Apa benar Alex pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Alex mau pindah apa nggak, batin Wina. “Argggg… Kenapa sih gue mikir dia terus?”

“Mikirin Alex maksud lo?” ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping Wina. “Nih hadiah dari pangeran lo.” Dilihatnya Amel mengeluarkan kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Wina membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan foto Wina dan Alex saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.

Dear wina,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara di hukum ama osis. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng sama pelangi yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari nanti gue bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau jadi pacar gue.

“Kenapa lo nggak mau nerima dia? Gue tau lo suka Alex tapi lo nggak mau nyakitin gue.” sejenak Amel tersenyum. “Percaya deh, sekarang gue udah nggak ada rasa sama Alex. Dia cuma temen kecil gue dan nggak akan lebih.”

“Thanks Mel. Lo emang sahabat terbaik gue.” ucap Wina tulus. “Tapi gue tetap pada prinsip gue.”
Amel terlihat menerawang. “Jujur, waktu gue tau Alex suka sama lo dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan adalah yang terbaik untuk kita.” senyum kembali menghiasi wajah mungilnya. “Dan lo harus janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang persaan lo sama Alex. Janji?” lanjut Amel sambil mengangkat jari kelingkingnya.

Ingin rasanya Wina menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia sendiri tau sampai saat ini Amel belum sepenuhnya melupakan Alex. Tapi Wina juga tak ingin mengecewakan Amel. Berlahan diangkatnya jari kelingkingnya.

“Janji..” gumam Wina lirih.
***

Pengorbanan sahabat

Masuk sekolah baru adalah hal yang paling disukai oleh semua siswa.hari ini aku menjadi murid smp..senangnya aku bisa punya teman baru.pagi itu hari ospek pertama.lonceng sekolah berbunyi dan kami semua berkumpul di depan sekolah.
‘’semua murid baru diharapkan memakai atribut mos seperti dasi,topi and ember’’

Astaga,,aku baru tersadar bahwa aku lupa membawa dasi
‘’dimana dasi kamu’’kata seorang senior yang ada didepanku.
‘’maaf kak aku lupa bawa dasi’’kata ku dengan ketakutan
‘’sekarang kamu keluar dari barisan dan jangan kembali sebelum membawa dasi’’

Akupun keluar dengan lemas.tidak ada took dekat sini apa yang harus aku lakukan??
‘’tunggu kamu butUh ini kan??’’kata seseorang di belakangku
‘’iya kak aku sangat butuh dasi untuk mengikuti mos ini’’
‘’kamu boleh pke kebetulan aku mempunyai dua’’
‘’makasi banyak..nama aku mery.’’kata ku
‘’aku melan.ya sudah kita balik kebarisan’’kata melan
Mulai saat itu kami berdua menjadi akrab.apalagi kami ditempatkan di 1 kelas.banyak yang kami lakukan bersama.dan tak terasa sudah 2 tahun kami bersahabat.
Aku dan melan mempunyai hobby yang sama yaitu bermain catur.dan kebetulan di sekolah kami di adakan seleksi catur untuk mewakili sekolah.di sekolah hanya aku dan melan yang bisa bermain catur di kaum hawa.
‘’aku akan sangat sedang bila memegang piala juara catur apakata dunia yach??’’kata ku kepada MELAN
‘’memangnya kamu sangat suka dengan catur??’’
‘’dari kecil aku sudah bisa bermain catur dan sampai sekarang bisa menang lomba catur kebanggaan bagi ku’’kata aku
‘’aku akan mendukung kamu’’
‘’tentu sahabat ku sayang tanpa dukunganmu aku tidak akan jadi apa-apa’’kata aku sambil memeluk dy
‘’hahahahaha kamu kalau urusan gombal juara 1’’
Percakapan kami terhenti dengan bunyi lonceng pertanda jam pulang..
‘’panggilan kepada merry siswa kelas 2b untuk menghadap kepala sekolah’’terdengar bunyi di setiap ruangan

Ada apa yach..apa aku ada salah??pikiran ku berkecamuk
‘’selamat mery kamu terpilih mengikuti lomba catur’’ kata bapak kepala sekolah
‘’tapi pak di sekolah ini yang bisa catur aku dan melan sedangkan kami belum diuji’’
‘’tapi kami menilai bahwa kamu yang lebih bisa jadi siapkan dirimu 2 hari lagi lomba akan berjalan’’
‘’baik pak’’aku langsung keluar
Senang rasanya aku bisa ikut tapi bagaimana dengan mery?? Apakah dia sudah tau kalu aku yang diutus?? Atau dia akan marah kepada ku..tapi kemana mery sudah 2 hari dia tidak masuk sekolah.akupun langsung mengambil tas dan pulang mencari mery dan tidak mengikuti pelajaran selanjutnya karena percuma bagi ku kalau dia tidak ada aku tidak akan konsentrasi.

Rumah tembok hijau itu sepi.tidak ada seorangpun di sana.aku menunggu dengan cemas dan tiba-tiba muncul fony adiknya melan.
‘’ehw ada k melan ayo masuk k merymungkin lagi istrahat”
‘’iya mkasi’aku pun langsung masuk kekamar melan karena aku sudah sering ke sana jadi tidak asing lagi buat aku.
‘’melan..astaga kamu pucat sekali..kamu sakit apa??’’kata ku saat melihat melan
‘’mery,,aku tidak apa-apa aku hanya sakit kepala biasa’’ayo ke dapur pasti kamu sudah lapar

Kami pun keluar dari kamar dan sepintas aku melihat obat diatas meja
‘’bagaimana dengan sekolah’’kata melan saat kami makan bersama
‘’sekolah baik-baik saja tapi aku minta maaf mer karena aku yang terpilih untuk lomba catur’’
‘’hahahahaha kenapa kamu harus minta maaf?? Kata melan
‘’kita kan belum diuj’’
‘’mery..mery mau di uji atau tidak seluruh dunia tau kalau kamu yang pantas ikut.aku sedang karena kamu bisa ikut.dan aku akan sangat bangga kalau foto bersama kamu memegang piala’’
‘’hahahaha belum lomba saja sudah pesan piala tapi aku janji aku akan berusaha tapi kamu mau kan temani aku mengikuti lomba??’
‘maaf sayang aku tidak bisa ikut karena aku harus sekolah kan?? ’kata melan
Kami pun melanjutkan makan karena aku juga sudah sangat lapar.

Hari perlombaan tiba dan aku berangkat hanya didampingi guru.tapi aku janji dalam diri aku,aku akan berusaha demi sahabat aku.perlombaan seleksi kecamatan berjalan dengan lancer dan aku bersyukur karena aku bisa menang dan akan mewakili kecamatan kami untuk lomba kekabupaten.
Paginya aku pagi-pagi sudah kesekolah dengan tidak sabar menunggu melan didepan.sejam menunggu akhirnyamelan datang juga.

Tapi wajah melan yang semakin pucat dan kondisinya snagatlemah
‘’mel,,aku punya gembira’’

Kata aku sambil memeluk melan
‘’berita gembira apa??’’kata melandengan cuek
‘’aku berhasil menang dan 5 hari lagi seorang mery akan mewakili kecamatan kita beadu di kabupaten’’
‘’baguslah kalau begitu’’
‘’iya semua ini berkat kamu sahabatku tersayang’’kata aku
‘’tidak mer,,kamu berhasil bukan karena aku dan semuaini karena usaha kamu sendiri’’kata melan dan pergi meninggalkan aku.
Aku hanya binggung melihat kepergian dia.ini seperti bukan melan yang aku kenal..biasanyadia sangat merespon segala yang aku omong…ada apa dengan dia??
Dengan lemas aku masuk kedalam kelas.hari ini pelajaran fisika dan pelajaran yang aku benci..

Kemana tasnya melan??kenapa berpindah kebelakang??belum sempat aku bertanya ibu guru fisika sudah masuk dan terpaksa aku duduk sendiri.
‘’baik anak-anak kita akan sama-sama mengerjakan tugas halaman 30 dan mery kamu akan mengerjakan soal nomor 1’’kata ibu guru

Bagai disambar petir aku bangun dengan lemas
‘’maaf ibu aku belum mengerjakan soal itu”kata aku sambil ketakutan
‘’bagus..sekarang kamu berdiri didepan kelas sampai ada yang mau mengantikan kamu’’kata ibu guru dengan marah
‘’biar aku saja yang mengantikkan mery bu,,,’’kata melan
‘’baik,,kamu boleh mengantikan dia dan kamu mery silakan duduk”
“baik ibu’’
Aku tau walaupun dia agak cuek sama aku tapi dia tetap peduli sama aku.itulah cri khas sahabat yang aku kenal.
Tapi,,,,,,,hari berlalu melan semakin jauh dari aku..dia tidak pernah mau canda bareng,kerja tugas bareng dan pulang bareng.terasa sepi tanpa dia ada di samping aku

Aku jadi binggung dengan semua sikap dia….
‘’apa salah aku melan sampai kamu seperti ini??’’kata aku sama melan
‘’kamu tidak punya salah apa-apa aku hanya ingin kamu terbiasa tanpa aku’’
Apa yang terjadi..kadang aku berfikir bahwa melan menjauh dari aku karena bukan dia yang mengikuti lomba tapi aku.aku jadi benci sama dia..mengapa melan yang aku kenal jadi egois seperti ini??
5 hari berlalu aku lalui tanpa melan dan saatnya aku harus mengikuti lomba rasanya aku mau minta dukungan dari melan karena dia yang bisa buat aku semangat.aku ke rumah melan tapi kata orangtunya melan kerumah kakeknya.berubah dan sangatberubah..melan tidak pernah melupakan sekolah dan tidak pernah melupakan aku tapi sekarang berbeda..

Hari perlombaan tiba dan aku pergi tanpa dukungan melan.tapi aku bersyukur karena aku bisa menjadi juara ke2..dengan senang aku memegang piala dan piagam.aku jadi teringat kata-kata melan dia ingin foto bersama saat aku memegang piala.sepulang dari lomba aku langsung kerumah melan,,,,tapi mengapa ada tenda didepan rumah melan?? Dan terlihat bendera kuning.astaga jantungku berdetak kencang siap yang meninggal??
‘’k melan’’ suara tangisan fony dari dalam dan memeluk aku
‘’ada apa fony.ada apa??siapa yang meninggal??kata aku sambil ketakutan
‘’aku sudah tidak punya kakak lagi.kakak aku melan telah pergi’’kata fony sambil menangis
‘’ti….ti…tidak mungkin’’aku langsung berlari kedalam

Aku seperti bermimpi melihat sesosok sahabat yang selalu ceria damping aku,penuh canda kini telah kaku dan terbaring…….
‘’ini tidak mungkin,,kenapa kamu bisa jadi begini..apa yang terjadi melan??mengapa kamu meninggalkan aku??kamu lihat aku sudah bawa piala dan ini ada kamera kita bisa foto bersama jadi bangun yach’’kata aku sambil menangis sambil memegang kepala melan,akupu histeris dan pingsan
Saat tersadar ada mamanya melan disamping aku.dan ternyata melan sudah mengidap kanker otak 2 tahun yang lalu tapi tidak ada yang tahu.melan menutup rapat semua ini.keluarganaya tahu baru sekitar sbukan yang lalu itupun sudah sangat parah.

Kini aku baru tahu ternyata kecuekan dia akhir-akhir ini karena dia ingin buat aku terbiasa tanpa dia.bahakan kisah-kisahnya yang aku baca di diary pribadinya.dia juga yang meminta kepala sekolah memilih aku karena dia ingin mewujudkan keinginan aku..aku memang sahabat yang gagal tanpa tau penderitaan sahabat aku.dan di akhir tulisannya ada sebuah tulisan

Mery sahabatku maafkan aku karena sudah membuatmu kecewa.tapi kamu harus tahu bahwa semua itu karena aku ingin kamu terbiasa tanpa kamu. tapi kamu tetap sahabat aku dan tetap semangat bersekolah.melan

Kini tinggalah batu nisan yang menjadi tempat curhat ku.melan sahabAtku telah pergi dan tak akan pernah kembali.tunggu aku disana untuk kita bertemu lagi..Aku sayang kamu sahabatku,,,,,,,,,,

Perpisahan

Saat indah itu terasa cepat berlalu, tak terasa kini aku harus meraskaan yang namanya saat perpisahan. Hah, aku paling benci membicarakan perpisahan. Entah perpisahan dalam bentuk apapun. Aku benci dengan kata perpisahan, karena perpisahan hanya kan mendatangkan kesedihan. Bagiku tak ada perpisahan yang indah. Siapa sih yang menginginkan perpisahan. Tapi ini lah dunia, tuhan telah menciptakan segala sesuatu itu berpasangan, jika ada tawa maka akan ada tangisan, jika ada kebahagiaan maka suatu saat akan ada kesedihan dan seperti yang kurasa seperti saat ini, aku telah mengenal yang namanya pertemuan maka konsekuensinya adalah aku harus mau mengenal perpisahan.

Sedih sekali aku memikirkannya. Tapi apa mau dikata, inilah takdirku. Suatu ketika aku pasti akan merasakan ditinggalkan oleh orang-orang yang aku sayangi. Sahabat, saudara dan orang tua. Terkadang aku berfikir apakah adil jika Tuhan hanya menciptakan pertemuan tanpa ada perpisahan. Hah itu sih hanya pemikiranku.
***

Aku terkejut mendengar suara hp-ku berdering, kulihat disana nama yudi sahabatku menelpon, sedetik kemudian sudah terdengan percakapan kami
“halo, si” terdengar suara diujung sana
“ia halo, napa yud” jawabku
“ga papa, pengen aja nelpon kamu, ngabisin gratisan.hehehhe”
“ah resek lu..” jawabku dengan bersungut-sungut, diujung sana terdengar suara yudi tertawa terbahak-bahak.

Kami berdua berteman akrab, gara-gara dia sering curhat masalah pacarnya ke aku. Em kata dia aku enak diajak ngobrol, dan selalu bisa buat dia tertawa. Hem bukan sombong sih, tapi emang aku orangnya paling suka ngelucu. Atau mungkin menurut yudi, aku ini seperti orang-orang yang ada dipanggung ovj. Sehingga Itu mungkin yang membuat yudi ngerasa seneng curhat sama aku.
“ada apa lagi sih?” tanyaku kemudian
“hah biasalah, gue pengen putus dengan pacarku, capek ku dengan dia, ku dibohongin terus, emangnya aku cowok apaan”
“ow,,,emang kamu cowok?” tanyaku meledek
“ah lu, gua bkn cwok Cuma lekong,hehhe” kembali pecah tawa kami,
Hari-hariku terasa menyenangkan, karena teman-temanku yang selalu bisa buat aku tertawa, yah timbal balik kan, namanya uga makhluk sosial. Tapi terkadang aku sering dibuat pusing oleh masalah-masalah teman-temanku. Ada-ada saja masalah mereka, dan yang pasti sih kebanyakan masalah percintaan. Dan terkadang bisa mambuat ku merasa bersalah juga.

Seperti ketika aku betelfonan dengan temanku yudi, karena dia itu sebenarnya pacar dari teman perempuanku. Pernah aku betelfonan dengan yudi, padahal sicewek ada didekatku, dan anehnya sicewek tak mengerti atau aku yang terlau pintar menutupinya, entahlah atau mungkin dia tau tapi diam. Dan Sebenarnya kalau misalnya aku dibilang TMT gag juga, karena emang hubungan kami hanya sekedar teman.

Hingga suatu saat temanku yudi putus dengan pacarnya, sicewek tadi yah sebut aja Rita. Sebenanya si Rita tu masih suka sama si YUdi, tapi yah namanya juga perasaan, gag bisa dipaksain. Akhirnya yudi dan rita putus. And dampaknya ya si Rita gag mau main lagi ke rumahku, mau tau kenapa alasanya. Karena dia udah gag butuh aku lagi. Haduh mengenaskan sekali hidupku.
***

Aku tinggal dengan kakak sepupuku, karena kami berdua sama-sama kuliah, ditempat yang sama. Dia punya cowok namanya Hendra, tapi cowoknya gag pernah akur sama aku, tiap kali bertemu selalu aja bertengkar. Kadang kakak ku sampai heran. Ya udah mau gimana lagi. Kodratnya gitu lagi. Dan lucunya setelah ayukku putus dengan cowoknya ini, aku malah deket sama dia, aduh parah banget.

Nah usut-diusut ternyata penyebab putusnya mereka ini adalah karena si yudi suka kakak ku. Wa fantastik. Dan si yudi emang mengakuinya sama aku. Aku sih nyantay aja sama hal itu. Wajar aja sih, dan gag ada salahnya juga karena yang namanya mantan ya udah mantan, gag da hubunganya lagi. Tapi sebenarnya adalah masalah dibalik semua itu, mantan kakak ku adalah kawan si Yudi, mereka dulu satu sma, hah aku juga pusing.

Akhirnya yudi nembak deh si kakakku, so apa yang bakalan terjadi kalau mereka jadian. Aku harus rela jauh sama si YUdi.
“lus, aku bingung,!” kata yudi dalam telfon
“bingung kenapa si yud?”
“bingung, disatu sisi ku suka sama kakakmu, tapi disatu sisi aku kawan hendra,kalau misalnya aku jadian sama kakakmu gimana reaksi teman-teman?”. Kata yudi panjang lebar
“yah mau gimana lagi, emang susah, perasaan gag bisa di satuin ama logika”
“ah ku ngejomblo aja deh”
“ahh kamu kok ngejomblo yud, gag percaya aku”
“yah liat aja deh ntar, aku pasti bisa jomblo”
“kalu kakak ku nerima kamu gimana?” tanyaku mencoba menggoyahkan pendirian yudi
“yah entahlah, jalani aja”
***

Semalaman aku telfonan dengan yudi, aku sudah punya firasat buruk nih. Alhasil keesokan paginya kakak ku gag negur aku sama sekali, aku kedepan dia kebelakang, ku susul kekamar eh ku ditinggal tidur. Haduh salah lagi nih aku.. parahnya seharian aku gag bertemu dengan kakaku, aku keluar karena mengurus bisnis kecil-kecilanku. Lumayan buat jajan. Malam hari aku baru pulang. Hem aku sedikit lega karena wajah ayukku terlihat sumringah, aku sudah menangkap ada sesuatu disana. Pasti…!!!!!!

Hem baguslah kalau begitu. Tapi disatu sisi aku merasa kehilangan. Kehilangan sahabatku. Tidaka akan ada lagi yang akan menelfonku, berceloteh ria, sambil bercerita tentang kehidupanya. Hah aku harus siap batin deh. Belum apa-apa aja yudi udah berubah. Dia udah gag pernah hubungi aku lagi. Haruskah aku kehilangan sahabatku. Aku mengerti posisinya, dia ingin menjaga perasaan kakakku, kak sinta. Yah aku mengerti itu, aku juga akan bahagia melihat orang-orang yang akus sayangi bahagia. Kak sinta begitu baik denganku, aku tak mau merusak kebahagiaannya, aku juga menyayangi sahabatku, aku juga ingin melihat dia bisa tersenyum bahagia dengan orang yang dia sayangi.

Aku sadar akan posisiku, aku hanya menjadi sahabatnya, meskipun kini aku merasa jauh dengan sahabatku, tapi aku berharap gag aka nada kata ptus sahabat, apa lagi kata perpisahan. Tapi kalau misalnya hal itupun terjadi, aku tak apa. Hidup ini memang misteri. Dan panggung sandiwara. Suatu saat aku harus siap untuk kehilangan seseorang yang aku sayang.

Dan setelah aku jauh dari yudi, aku juga jauh dengan hendra, entah apa yang menyebabkan hendra menjauhiku, dia tiba-tiba saja marah padaku,
"udahlah gag usah temenan sama aku lagi, aku emang gag pantas jadi temen kamu" itu adalah kata terakhir hendra,
setelah itu dia tak pernah lagi menghubungiku. mungkin memang nasibku, ditinggalkan oleh orang-orang terdekatku. tapi aku percaya kelak aku akan menemukan seseorang yang benar-benar tulus, dan tidak akan meninggakanku.^_^

Broken Heart

Titian itu nama panggilanku. Nama lengkapku sih Gracia titian cahyani. Sebenarnya nama panggilanku banyak boleh titin, titian, aci, grace ah..terserah kalian mau panggil apa pokoknya jangan cahya soalnya kalau kamu kerumahku cari aku dengan nama cahya yang nemui ya masku karena semua saudaraku pasti belakangnya cahyani hehehe...:D maklum.

Aku tinggal tidak dalam keluarga lengkap, mewah dan serba ada. Aku tinggal di Washington ( Wonosobo, Banyuwangi dekat rumah toton ) . Aku terpaksa transmigrasi dari Jakarta karena aku harus ikut kakaku dan adikku. Aku pindahan dari Jakarta ke Wonosobo sekarang ke Banyuwangi di dekat rumah temanku Toton si cowok keren, berkharisma dan jago sepak bola.
Di sini aku berteman dengan Toton dan Menik. Kita bersahabat sudah lama 3 tahun. Dan sejak 1 tahun lamanya aku juga memendam rasa luar biasa. Siapa lagi kalau bukan sama Toton, dia tidak tahu semua ini yang tau cuma Menik.
“ Nik,...kamu diem looo jangn combe . Ah gk jadi ezt.. “ kata Tititan
“ ha...gj bilang belum udah gk jadi iiihhh kamu hwhwhwh. K’biasaan beud “ kata Menik
“ hem.. begene aku itu sebenere iku ngene lo aku iku saiki lagi tresno neng arek haha.. biasa kamu pasti tau kan maksudku “
“ halah...mulai medokk kowe, emang sapa-sapa ? “ kata Menik dengan jutek
“ Kasih tau gak ya ??? hehehehe emmm gamna ya ? “ dengan menatap2 kedua telunjuk Titian
“ halah...ora ilok ngunu ku dusoooo koe... mlebu neroko koe !! haha “ dengan candaan Menik
“ yaya... emmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm sama tu itu Toton ?? ^_- husssssssssttttttt diem awas kau bilang tak jitak kau nanti hhihi :D
“ soo....apa gue harus bilangg WoOOOoooOOoooOOwwwwwWWWWW gtuhh. woOoow Woow Woow !!! tapi biasa coklat-coklat ?? kata Menik dengan rayu-rayu
“ hemm...biasah !!! yaya “ kata Titian dengan tak ikhlas

Setelah gak lama Toton datang menghampiri mereka dengan maksuud ingin mengajak mereka jalan-jalan nanti hari Sabtu untuk Malming
“ heyyyyyy... “ ujar toton
“ waduuuu...kamu baru datang apa udah lama ton ???????????????? “ kata Titian
“ barusan mang napa ??? , ehhhh kamu kamu mau gak ? “ kata toton
“ oh ya dah syukur. Apa ?? “
“ ayo kita malmingan yuk besok boring plend lburan gnih. Mau yah nik tin ??”
“ okeh2 stuju jam 7 ya.. sekalian mau beli coklat “
Malam minggu sudah datang, merekapun bergegas untuk refreshing. Namun dibalik itu Titian dan Menik punya rencana tersendiri untuk nanti. Titian berencana menembak toton, meskipun dia yakin 80% saja dia tetap antusias dengan rencananya. Meskipun titian beda dari tipe Toton yang cantik, gauul, smart dan tentu humoriz. Titian Cuma 25% dri tipe Toton yah itulah Cuma smart aja. Tapi apa salah untuk mencoba tapi dia juga akan menerima risikonya nanti.

Tepat jam 7 mereka berangkat. 12 menit mereka sudah sampai di Alun-alun Kota Banyuwangi namun Titianyah gitu deh dag dig dug hatinya karena kayaknya saat itu hari Galau / kemerdekaannya yahh
“ Nik, gimana nih bantui lo yah.. gak ada coklat klau gk ada tembak !! “ bisik Titian ke Menik
“ haduuhh..io2 ojo kuwwatir Tin, rebes-rebes hehehe iya-iya tapi jangan salain aku law dditolak loo siap-siap Broken heart heheheh galauuu hahah , cabuttt yuk “ kata Menik
“ ahhhhh..jangan gitu donk nanti law aku jadian aku kasih coklat ma PJ deh... duuuhh q takut nii , ahh Pasrah ae wezt “ kata Titian

Saat mereka duduk di dekat Beringin besarr yang serem , saat itu Titian mulai beraksi tingkahnya yang dari dulu ia tahan dan lega untuk dia ungkapkan. Dan saat itu dia juga masih sempet-sempet untuk bakatnya yah itulah GOMBAL dia memang ahli dalam gombal-gombal biasa untuk merayu hati yang cowok ia sukai. Tapi kali itu gagal karena mungkin Toton lagi gak mood kali ya.
“ eh...Ton kok diAlun-alun rame yah. Wahhh populasi rayap nih hehehe :D ?” kata Titian
“ yayalah secara Malming gitu Tinn ya kalau senin paling” juga secuil orang itu aja untung kalau secuil law 1 gmna. Kuburan itu hwhwhwhw aneh” wae koe “ kata Toton agak judes
“ ihhhh..gak usah serius juga kaleeeeee...iuhhh, Ton kita temenan udah 3 tahun kan dan itu gak lama kan pasti selama ini kita juga mennyimpan rasa i’ll feel atw aplah.” kata Titian
“ iya ya sahabat sejati ya kita semua .. tumben bicara gini dalam rangka apa nih “ tanya Toton
“ kamu jangan marah ya plissss “ mohon Titin
“ mmmmm apa ??? penasaran jadinya nih ?? “ kata Toton
“ sebenarnya itu emmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm sebeneernya emm itu sebenarnya aku emmmm giamana yah plis jangan marah loo ya sebenere itu emmm ICH DICH LIEBEN. Awwwwwww jangan marah !! “ malu Titian
“ haaaa... apa itu ??/” tanya Toton
“ aduuhhh itu bahasa perancis Ton artinya itu Titian cinta kamuuu hehehehey “ saut Menik
“ aduuuuuuwwwwwwwwwww......iiiiiiiihhh malu aku jadiya taooo !!!” kata Titian
“ haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa....apa kamu bilang kita sahabat Tin kenapa jadi begini wiihhh sumpah aku gak nyangka tapi sebelumnya maaf aku gak bisa Tin aku sudah punya inceran lain dan besok aku akan tembak temenku dan aku cinta mati ma dia aku gak akan donk berpindah hati ke oraang lain. Plis kamu janga marah kita sahabat dan mungkin kita semua ditakdirin tidak bisa lebih dari sahabat mungki kakak adik aku bisa Tin tapi kalau pacar aaf deh aku gak bisa kali ini “ kata tegas Toton
“ hmm...kamuu kamu udah ngecewain aku Ton kamu gak ngehargaiin aku bbanget sih aku nyimpan rasa ini selama 1 tahun Ton bayangin dong 1 tahun itu lama To bagi perasaan kamu tolong hargai aku setia Cuma suka kamuu namun ini sia-sia memang aku bukan yang terbaikkk...” kata Titian. Dan titian langsung kaburr dan lari sekecang-kencangnya untuk pulang karena dia kecewa
“ Titin,,...kamu mau kemana Titinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn..????? “ teriak Toton
“ udahlah beri waktu ia biarlah nanti dia juga happy kembali “ kata Menik

Penolakan cinta itu membuat Titian jadi galau dia tidak kelar dari kamar selama 1 minggu dia ters memfikirkan Toton. Dia patah hati sekali dia selalu menangis merenung akan apa kekurangannya karena kenapa dia sampai menolaknya padahal ia ingin sekali kalu Toton adalah jodoh abadi hidupnya
“ tok tok tok...”
“ Titin kamu kenapa kamu gak boleh begini . kamu jadi gak sik kamu beda Tin mana Titian yang kukenal dulu yang selalu ceria, masak hanya gara-gara ini kamu seperti ini sih.” Kata Menik
“ apa katamu masalah gini hanya Hanya kamu memang belum ngerasain Nik. Kamu seharusnya ngertiin aku Nik ( sambil menangis ) “ kata Titian
“ udahlah BROKEN HEART only problem. You must always happy Tin. “ kata Menik
“ ahhhh...Menik aku galau aku Broken heart ya ampun kenapa au gini ak gk bleg gni Semangat !!!!!!!!!!!:)))) kata Titian

SANG PUJANGGA


Penghuni SMA Galaxy gempar di siang hari bolong. Bagaimana tidak, di Beni yang cakep dan ortunya yang tajir dikabarkan sudah jadian sama Nania anak kelas sepuluh dua. Emang oke juga sih kalau dilihat dari sosok Beni yang cakep apalagi ortunya tajir. Tapi bila melihat sisi lain Beni yang tulalit, bisa-bisa seluruh orang yang melihatnya selalu mengelus dada.
Bayangkan, hampir semua mata pelajaran tidak pernah mendapat nilai di atas enam. Belum lagi kalau diajak ngomong, kayak kabel konslet alias nggak nyambung. Sudah begitu, sukanya belagu alias suka pamerin harta ortunya yang pejabat. Makanya, semua cowok pada bingung mendengar berita duka itu. Masa, cewek sepinter dan secantik Nania dengan mudahnya takluk pada Beni yang tulalitnya minta ampun itu.
“Gue curiga ama Beni. Pasti ada udang di balik batu,” kata Feri, anak kelas tiga IPA dua di kantin. Hari ini dia bener-bener nggak selera makan bakso kantin, padahal biasanya habis tiga mangkok. Sebab dia naksir Nania mati-matian.
“Emangnya kenapa ?” tanya Rio, teman sekelas Feri. Kebalikan dari Feri, dia begitu antusias makan bakso. Sudah dua mangkok bakso dilahapnya habis, meski badannya tetap saja ceking kayak pengungsi dari Sudan.
“Masa….si tulalit itu bisa naklukin Nania yang cakepnya kayak Nia Ramadani,” kata Feri lagi.
“Elo..elo pada ketinggalan kereta sih,” seloroh Doni, salah satu fans Nania juga yang duduk di kelas tiga IPS satu. Bedanya sama Feri, Doni ini cocok jadi detektif. Hampir setiap gerak Nania paham betul. Mulai Nania bangun tidur sampai tidur lagi diselidiki tanpa henti.
“Ketinggalan kereta ? Emangnya kenapa ?” tanya Feri penasaran.
“Nania tuh bisa takluk ama Feri karena baca surat cintanya Feri,” jawab Doni.
“Hah….mana mungkin si tulalit itu pinter nulis surat ?
“Kenapa, elo semua kagak percaya ?” tanya Rio.
“Pasti dia nyuruh orang buat nulis cinta,” tuduh Doni.
“Eh…nggak baik nuduh gitu. Just be a positif thinking…man !” kata Rio tenang. Dibanding ketiga temannya, Rio berpenampilan paling cool. Meski paling nggak enak dipandang mata he..he..he..alias nggak cakep. Namun soal kedewasaan dan kepandaian, paling unggul. Hampir tiap semester selalu menempati sepuluh besar di sekolah. Meski begitu, nggak ada satupun cewek yang naksir. Mungkin saking ceking dan itemnya itu.
***
“Nah…betul kan dugaan gue,” kata Doni, saat mereka bertiga pulang sekolah.
“Bener apanya ?” tanya Feri.
“Nania takluk ama Beni karena surat cinta,” jawab Doni.
“Yang bener. Darimana elo tahu ?” tanya Rio heran. Selama ini tidak satupun orang yang tahu kalau dia si penulis surat cinta dengan imbalan bakso tiga mangkok dan nonton gratis di Cineplex 21 selama seminggu berturut-turut. Kini hatinya mulai dag-dig-dug, takut kalau kedua sohibnya tahu bahwa dia yang menulis surat cinta itu.
“Beni yang cerita padaku tadi pagi. Dasar tulalit, ya tetap tulalit. Gue pancing-pancing dengan memberi pujian, akhirnya tanpa sadar dia ngaku kalau surat itu bukan dia yang buat,” cerita Doni.
“Dia cerita ke elo kagak, siapa yang menulis surat cinta itu ?” tanya Rio bimbang. Dia berharap Beni tidak cerita pada siapapun kalau dia yang menulis surat itu.
“Kagak.”
“Kenapa nggak elo pancing lagi ?” tanya Feri gemas.
“Gue sudah pancing, tapi dianya yang benar-benar nggak mau ngaku. Katanya sudah perjanjian,” jawab Doni. Hati Rio kembali tenang mendengar pengakuan Doni. Ini berarti, sepulang sekolah dia harus cepat-cepat menelpon Beni agar benar-benar tidak mengaku bahwa dialah yang menulis surat itu. Kalau tidak, pasti identitasnya sebagai Mr X yang terkenal di setiap majalah sekolah, mading dan cerpen-cerpen yang dikirim di berbagai majalah remaja akan terungkap. Rio benar-benar ingin merahasiakan identitasnya supaya dia bebas berkarya.
“Ini tidak boleh terjadi. Aku harus benar-benar merahasiakan identitasku,” pikir Rio.
“Tapi gue yakin, suatu saat akan tahu siapa si penulis surat itu,” kata Doni yakin.
Deg….dada Rio berdesir, kali ini jantungnya mulai dag-dig-dug lagi.
“Elo yakin ?” tanya Rio.
“Tentu, siapa sih yang nggak kenal Doni ? Gue kan dijuluki detektif ulung,” kilah Doni dengan bangga.
“Iya….gue juga mau bantuin elo Don. Gue penasaran banget nih ama si penulis itu,” sambung Feri, tak kalah semangatnya. Meski mereka menyukai cewek yang sama, tapi tetap kompakan.
“Gimana Rio, elo setuju kan ?” tanya Doni.
“Eh…iya..iya…tapi…itu kan bukan urusan kita ?” jawab Rio gugup.
“Bener juga sih elo…cuma siapa tahu dengan terungkapnya Mr X itu, hubungan mereka putus. Itu artinya, gue punya peluang untuk jadi pacar Nania. Ya nggak sih ?” kata Feri.
“Iya sih…tapi jangan jahat gitu dong,” usul Rio.
“Bukannya jahat, tapi gue punya niatan nolong Nania tuk ngebuktiin bahwa dia tuh jadi korban penipuan Beni,” kata Doni. Mendengar temannya bersemangat, Rio keder juga. Jangan-jangan suatu saat Doni tahu kalau dialah si penulis itu.
“Gawat, gue harus nelpon Beni,” pikir Rio.
***
Kali ini SMA Galaxi gempar lagi tentang hubungan Nania dan Beni. Kini terdengar kabar bahwa mereka sudah putus. Tentu saja membuat lega sebagian cowok-cowok yang masih berharap pada Nania.
Selidik punya selidik, ternyata Nania ragu akan kemampuan Beni menulis surat cinta itu. Maklum, ternyata Nania tuh romantis banget. Dari dulu paling demen banget sama cowok yang romantis dan pinter nulis. Makanya, begitu dia dapat surat cinta dari Beni, langsung percaya tanpa diselidiki lebih dulu.
Apalagi dari sumber yang tidak diketahui asal-usulnya, ternyata si pujangga itu adalah penulis di mading dan majalah sekolah adalah orang yang sama. Padahal, Nania sangat suka sekali membaca karya-karya pujangga yang selalu menulis namanya sebagai Mr X itu. Ini menambah semangat Nania untuk segera mencari tahu siapa sebenarnya pujangga idaman hatinya.
Untuk itu Nania membuat sayembara bahwa dia ingin banget pacaran sama sang pujangga itu. Dari hasil pengumuman itu, alhasil, hampir semua cowok pada ngaku kalau dialah si pujangga itu. Namun sudah lebih seminggu, tak ada seorang cowokpun yang berhasil meyakinkan hati Nania.
“Elo nggak pengen ikut sayembara itu Don ?” tanya Feri.
“Pengen sih, tapi gue kan bukan si pujangga itu. Malu dong kalau ketahuan kayak Beni,” jawab Doni. “Kalo elo gimana ?”
“Sama sih… gue kan nggak bisa romantis-romantisan gitu,” jawab Feri muram. Dia berpikir, andaikan dia tiba-tiba berubah jadi si pujangga itu dan bisa membuktikan pada Nania, betapa bahagia dan indah hidup ini.
“Kalo elu gimana ?” tanya Doni. Hati Rio jadi deg lagi, dia khawatir, jangan-jangan Doni memang benar-benar tahu bahwa dialah si pujangga yang dimaksud Nania.
“Sorry, gue nggak ada tampang untuk itu,” elak Rio.
“Siapa tahu, tiba-tiba elo punya bakat jadi pujangga,” hardik Feri.
“Ah… Elo…ada-ada aja,” kata Rio singkat.
“Elo tahu kabar terakhirnya ? Nania sudah ngebet banget jadi pacar si pujangga itu. Bagaimanapun tampang dan modelnya,” kata Doni.
“Yang bener ?” tanya Feri. Pantas, banyak banget cowok yang mengaku-ngaku sebagai pujangga itu.
“Meski bagaimanapun bentuknya ?” tanya Rio tak yakin.
“Iya.”
“Tuh cewekk gila banget. Gue harus berbuat sesuatu nih, semua yang dilakukan Nania dan cowok-cowok gila itu harus dihentikan !” pikir Rio.
***
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, hati Rio berdesir-desir menunggu kedatangan Nania. Sejak pagi tadi pikirannya galau membayangkan bagaimana wajah Nania saat tahu bahwa dialah si pujangga itu. Pasti Nania akan marah dan seumur hidup tak akan pernah menyapanya. Rio berharap surat pernyataan bahwa dialah sang pujangga benar-benar sampai ditangan Nania tadi pagi.
Sakit memang bila membayangkan apa yang akan terjadi atas dirinya pada Nania. Tapi bagaimanapun juga, dia harus benar-benar mengatakannya. Bukankah kejujuran itu sangat mahal harganya di jaman seperti ini ? Bagaimanapun juga, Rio harus mengatakannya sekarang juga dengan segala resikonya.
“Biar ditampar oleh Naniapun, aku harus tetap mengatakan yang sebenarnya,” kata Rio dalam hati. Diliriknya jam tangannya, hampir lima belas menit dia menunggu kedatangan Nania. Namun hingga detik ini, cewek yang ditunggunya tak nampak.
“Mungkin dia tidak mau datang kesini. Kalau begitu…. aku akan berterus terang di sekolah saja besok. Aku akan melakukannya sebagai seorang lelaki…. Harus !” pikir Rio.
Tapi, tak berapa lama tiba-tiba gadis yang ditunggunya muncul, sendirian. Benar-benar surprise. Dalam benak Rio, Nania akan datang dengan Voni sohibnya yang juga keren itu.
“Kamu yang bernama Nania ya ?” tanya Rio, pura-pura. Yang disapa melongo melihat seseorang menyebut namanya. Apalagi si penanya memiliki wajah-wajah seperti orang Afrika, alias item dan keriting. Meski item begitu, Rio itu manis juga lho, begitu kata mamanya.
“Sedang apa elo di sini ?” tanya Nania heran tanpa menyakan siapa nama Rio.
“Gue ? Gue lagi nunggu elo,” jawab Rio.
“Elo nunggu gue ? Jadi…..?” tanya Nania tak percaya.
“Iya…. Emang gue yang nulis surat itu. Sorry ya, elo boleh marah ama gue. Tapi..suwer, nggak ada sedikit rasa untuk berbuat jahat ama elo,” kata Rio mulai meyakinkan. Nania diam saja, dengan seksama dia memperhatikan Rio, mulai ujung rambutnya yang keriting sampai ujung sepatu yang sudah mulai usang.
“Jadi… elo yang bernama Mr X itu ?” tanya Nania, masih dengan nada tak percaya.
“Iya…. Elo mau bukti ? Tapi sungguh Nania, gue nggak ikutan sayembara yang elo adain. Gue cuma pengen ngaku dosa-dosa gue.,” kata Rio. Kemudian dia mengeluarkan surat dan cerpen-cerpen asli yang semuanya sudah pernah dimuat di beberapa majalah, majalah sekolah dan mading. Nania hanya membisu menyaksikan perbuatan Rio, tanpa mampu berkata apa-apa lagi.
“Ini surat yang kutulis untuk elo atas nama Beni. Semalam, gue mencoba mengingatnya. Karena sudah lebih sebulan, jadi banyak bagian-bagiannya yang nggak mirip. Tapi gue yakin, elo masih ingat sebagian,” kata Rio sambil menyerahkan tulisan tangan surat cinta yang pernah diterima Nania.
Dengan rasa tak percaya, Nania menerima surat itu. Kemudian dengan seksama dibacanya surat tersebut.
“Yaa…surat ini mirip sekali dengan yang diberikan Beni untuk gue,” pikir Nania yakin. “Ternyata si pujangga itu adalah Rio.”
“Gimana… elo percaya ? Elo mau kan maafin gue. Mulai sekarang gue janji ama elo nggak akan buat surat cinta palsu lagi,” kata Rio.
Nania masih diam mendengar pengakuan Rio. Tak disangka, sang pujangga yang selama ini selalu dinanti karya-karyanya adalah Rio si bintang sekolah yang sederhana sekali. Nania bingung, tak bisa menjawab. Dia hanya memandang Rio, dalam hatinya timbul kekaguman.
Hampir setahun Nania selalu mengamati cerpen-cerpen dan puisi sang pujangga yang menamakan dirinya Mr X. Baginya, Mr X adalah bintang di hatinya. Karya-karya Mr X banyak memuat pesan-pesan positif untuk remaja seusia mereka. Makanya, begitu dia membaca surat cinta yang dikirim oleh Beni, nalurinya berbicara bahwa si penulis sangat mirip dengan gaya bertutur Mr X yang indah, santun, bermakna dan apa adanya. Tidak ada nada rayuan yang tertulis di dalamnya, namun tetap romantis. Nah lu… bingung kan membayangkan surat cinta yang ditulis Mr X alias Rio ?
“Nania… elo maafin gue kan ? Kalo elo maafin gue, sebentar lagi gue akan pergi dan janji nggak akan gangguin elo lagi,” kata Rio. Dia penasaran banget melihat Nania diam membisu, tak berkata sepatah katapun. Rio takut kalau Nania tidak memaafkan.
“Eh iya.. gue maafin,” jawab Nania singkat.
“Bener ? Thanks banget ya. Kalo gitu, gue langsung cabut aja. Sekali lagi thanks banget elo maafin gue,” kata Rio senang.
“Eit… tunggu dulu… aku masih punya syarat,” kata Nania kemudian.
“Syarat apaan ?”
“Syaratnya… elo harus jadi temen gue dan ngajarin gue gimana caranya nulis kayak elo. Sejak kecil gue pengen jadi penulis. Tapi sampe sekarang, nggak ada satupun cerpen yang bisa gue selesain. Please… tolong gue ya,” kata Nania. Mendengar ungkapan Nania tadi, hati Rio makin girang. Ternyata Nania tidak marah, bahkan mengajaknya berteman.
“Tentu saja.”
Lalu, tak lama kemudian Rio dan Nania berbicara panjang lebar tentang keinginan masing-masing. Rio banyak cerita tentang karya-karyanya yang memang dirahasiakan. Sedangkan Nania bercerita banyak tentang keinginannya menjadi penulis.
Akhirnya, Nania tak jadi marah pada Rio. Dan Rio menjadi lega, karena Nania menawarkan sesuatu yang indah pada dirinya, yakni persahabatan. Bagi Rio, persahabatan dan memaafkan adalah sesuatu yang berharga dari apapun. Selengkapnya...

Sahabat Cintaku

Kamu, orang yang membuatku nyaman, dan bahagia. Selalu menjagaku tanpa lelah. Tetapi rasa ini sungguh menyiksaku, menunggu kepastian tanpa balasan. Dia sahabatku, tapi dia juga nafasku, dia Dicky Aprilio. Sejak pertama aku kenal dia, tatapannya itu masih teringat jelas di memoriku, senyumannya membuatku tenang dan damai  dia selalu menjagaku kapanpun dan dimanapun, setiap aku down dia selalu memegang erat tanganku dan membuatku bangkit lagi.

Mungkin aku terlalu egois terlalu berharap untuk memilikinya, tapi aku tak bisa selalu berpura-pura untuk tidak mencintainya. Tapi disisi lain kalau emang kita jadian aku TAKUT, aku sangat takut kehilangan dia, aku gamau dia hilang dari mata dan hatiku. Tapi di sisi lain juga aku pengen banget milikkin dia, supaya semua orang tau dia milik aku bukan milik orang lain.

Aku selalu menahan rasa sakit ini ketika teman-temanku menanyakan kedekatan ku dengan dicky selama ini, aku sakit ketika aku harus bilang “ bukan, dia hanya temanku.” Dan merekapun menjawab “padahal udah cocok banget, jadian aja.” Aku hanya membalas dengan senyuman. Tapi perlahan masalah itu sudah menjadi hal yang biasa untukku. Karna Dicky mengajarkanku untuk bertindak dan bersikap yang dewasa. Aku ga berani bilang Dicky adalah segalanya buat aku, karna aku takut segalanya aku hilang.

Aku berusaha menjadi wanita yang dewasa yang ingin selalu berfikiran positif, jadi aku kadang berpikir kalau hubungan aku sama Dicky sekarang jauh lebih bahagia  aku takut jika kita pacaran lalu putus dan gak bisa deket lagi, mending betemen kaya sekarang dan dia gak akan ninggalin aku, kecuali dia mempunyai cintanya yang baru.

D-I-C-K-Y seseorang yang paling berharga buat aku sekarang, andaikan aku mampu berkata di depannya bahwa aku sayang dia dan gamau kehilangan dia mungkin aku akan jauh lebih tenang, tapi beberapa kali aku mencoba untuk mengatakannya malah yang ada hanya gemetaran yang ku rasa, mungkin belum saatnya aku berkata seperti itu.

Tawa dan candanya adalah warna di hidupku, aku tak ingin semuanya berlalu begitu cepat. Dicky juga adalah salah satu alesan yang membuatku betah di masa SMA yang dulu yang aku anggap biasa aja. Aku sekarang masih duduk manis di sampingnya menjadi teman biasa, entah akankah posisi itu berubah, akupun tak tahu 

*****

Dia Bukan Untukku


Awal masuk sekolah pasti ada MOS yaitu Masa Orientasi Siswa. Aku menginjak ke SMP, bersama teman-teman SD ku dulu aku berkumpul dan membicarakan tentang MOS. “Gadis…,” begitu teman-teman memanggilku. “teman-teman,” kataku menghampiri mereka. “kamu gugus mana?” tanya Vhe, temanku. “ini aku cari-cari namaku gak ketemu-ketemu,” kataku mengusap keringat yang membasahi wajahku. “ya udah kita cari sama-sama yuk,” ajak Ze, temenku. Kami bertiga mencari namaku yang semenjak tadi tak ketemu-ketemu. “Gadis, sini deh,” kata Ze memanggilku. “ada namaku?” tanyaku penasaran. “ini nih kita satu gugus, Gadis Grittenatha Gladia, Zeazahra Modhyantias, Vhealovin Jhuastian,” kata Ze membaca nama kita bertiga. “wah, hebat kau Ze. Dari tadi aku cari-cari gak ketemu,” kataku memuji Ze. “ya udah kita masuk yuk,” ajak Vhe.



Hari pertama MOS itu sangat membosankan bagiku. Apa lagi harus berpanas-panasan untuk upacara pembukaan MOS. Banyak korban pingsan di lapangan sekolah itu. Tenggorokanku mulai kering dan sungguh membuat kepalaku menjadi pusing. Tak lama, aku merasa sudah tak berdaya dan jatuh pingsan. Tak lama aku membuka kedua mataku dan ternyata aku berada di UKS sekolah. Bersama anggota PMR yang menjadi kakak kelasku waktu itu. Aku masih lemas untuk beranjak dari tempat tidur. Dua sahabatku datang menjengukku. Dan aku di tuntutnya untuk berjalan menuju kelas.

Sampai di kelas aku menerima materi awal-awal perkenalan. Kutatap wajah seorang cowok yang berada di seberang mejaku saat itu. Sebelum materi di mulai, absensi siswa MOS saat itu di percepat. Berpasang-pasangan. Dan tak kusangka namaku dipanggil dan cowok yang berada di sampingku tadi juga maju dan ternyata dia bernama Arezaldhi Birasanjaya. Setelah tanda tangan kehadiran, kami kembali ke tempat duduk semula.

Materi pembelajaran untuk jam pertama sudah usai saatnya istirahat. Aku, Vhe, dan Ze menyergap kantin sekolah dan berdesak-desakan. Dan kulihat lagi cowok yang mempunyai nama Arezaldhi Birasanjaya sedang asyiknya ngobrol dengan teman barunya di depan kelas. Sepertinya aku merasakan yang namanya cinta pada pandangan pertama. Sudah 15 menit waktu untuk istirahat. Waktunya masuk kembali untuk bermain dan belajar.

MOS sudah berjalan tiga hari. Hari ini adalah hari terakhir MOS. Dengan aturan hari ini, aku memakai kaos kaki berbeda warna, dengan rambut yang di kucir sangat banyak seperti orang gila. Semua murid MOS mengikuti upacara penutupan MOS. Hari yang panas. Terasa seperti di panggang. Banyak korban pingsan di lapangan itu. Akhirnya upacara penutupan MOS dipercepat.


***


Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Bisa bertemu banyak teman baru. Mereka semua baik kepadaku. Saat aku berkenalan dengan salah satu temanku yang bernama Algea Radista, mataku teralihkan oleh satu sosok yang mungkin pernah aku kenal. Saat ku tatap pekat wajahnya ternyata dialah Arezaldhi Birasanjaya. “Dia kan,” gumamku dalam hati. “halo?Kenapa melongo gitu Dis?” tanya Gea sambil melambai-lambaikan tanganya di depan wajahku. “emm,” aku tersentak olehnya. “kenapa?” tanya Gea penasaran. “oh, ga… gak pa… papa,” kataku gagap. Gea memandangiku dengan wajah bingung. Seperti otaknya penuh dengan tanda tanya. “Gadis…,” sapa Ze dan Vhe. “ehh kalian,” kataku memandang Ve dan Zhe. Vhe dan Ze tersenyum manis kepada Gea. “ini Gea,” kataku memperkenalkan. “aku Vhe,” kata Vhe memperkenalkan dirinya. “aku Ze,” kata Ze juga memperkenalkan dirinya. “so beautiful,” kata Vhe memuji kecantikan Gea. “thank you very much,” kata Gea menjawab pujian Vhe dengan malu.


Aku, Vhe, Ze, dan Gea sudah berteman sangat lama. Sudah lima bulan aku masuk di kelas 7 C. Bersama-sama dengan ketiga sahabatku itu. Tiba-tiba perbincanganku tersentak oleh sosok cowok yang memasuki kelasku. Dia…… Dia…… “Dis, kenapa melongo?” gertak Ze. “eemm, eh, eng… enggak papa,” kataku gugup. “kenapa sih?” tanya Gea. “iya, pelit banget gak mau ngasih tau,” tanya Vhe semakin mendesak. Mereka bertiga melihatku memandangi Arezaldhi sejak tadi. “oo, itu toh yang buat kamu melongo,” ucap Gea menggentakkan jantungku. “siapa, mana?” kataku bertanya-tanya dengan ragu. “itu tuh,” kata Gea menyenggol lenganku dan melirik Arezaldhi. “apaan?”. “sok gak tau nih,” gertak Gea lagi. Aku semakin salah tingkah dibuatnya. Sosok cowok itu pun pergi meninggalkan kelasku. “siapa emangnya?” tanya Vhe dan Ze bersamaan. “Arezaldhi,” kata Gea. “kamu suka ya Dis?” tanya Ze ingin tau. “sok tau kamu Ge,” kataku. “uhuui, jatoh ci’inta agi,” ledek Ze. “apaan sih kalian?” kataku meninggalkan mereka bertiga yang semakin meledekku.


Suatu hari acara ulang tahun sekolahku. Setiap kelas harus menampilkan minimal satu pementasan. Semua teman kelasku memilihku untuk menyanyi solo. Tapi aku seorang remaja yang demam panggung. Dan aku pun ditemani oleh Gea yang suaranya lumayan bagus walaupun nggak sebagus suaraku… hehehe J. Malam ulang tahun itu tiba yang memang bertepatan dengan hari ulang tahunku. “grogi aku Ge,” kataku sambil gemeteran. “enjoy saja Dis,” kata Gea memberiku semangat. “aku bener-bener demam panggung,” kataku dengan keringat dingin. “nanti ada Reza kan yang ngeliat?” ejek Gea. “jadi nama panggilanya Reza,” kataku sedikit tersenyum. “iya.” Hari yang membuatku di selimuti oleh kegerogian yang luar biasa. Karena aku dan Gea akan mewakili kelasku untuk memberikan penampilan yang terbaik.


Acara itu pun dimulai. Dimulai dari kelas 9 lalu dilanjutkan kelas 8 lalu menuju kelas 7. Penampilan yang begitu spektakuler telah ditampilkan dengan penuh semangat. Beribu-ribu tepuk tangan mengiri suasana tersebut. Tiba giliran kelas 7 C yang menampilkan aktrasinya. Jantungku semakin berdebar dengan kencang. Keringat bercucuran ke seluruh badan. Dengan genggaman erat tangan Gea aku dengan gugupnya menaiki panggung dan mengecek mikrofon. Tepuk tangan pun mulai terdengar. Seolah aku tak bisa membayangkan diriku nanti. Dentuman musik R&B mulai terdengar. Dalam hitungan detik syair lagu akan mulai dinyanyikan. Gea dengan semangat dan PD-nya menari-nari happy, sedangkan aku … ????


Keringat bercucuran dari tubuhku. Keringat dingin menyelimuti seluruh tubuhku. Dengan perasaan yang tak karuan aku mulai melantunkan lagu kesukaanku itu. Siswa-siswa bertepuk tangan lama kelamaan aku merasa semakin enjoy. Saat aku menyanyi, aku melihat Reza tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumanya yang tak kalah manis hehe J. Lagu itu pun usai ku nyanyikan. Pertunjukan kurang dua kelas lagi. Ada yang dans, drama, nyanyi, pelawak, sampai dengan band.


Hari itu hari yang menyenangkan bagiku. Melihat ia tersenyum kepadaku membuatku semakin bersemangat. “Gadis,” sapa Ze. “Eh, Ze. Yang lain kemana?” kataku balik tanya. “tuh,” kata Ze menunjuk Vhe dan Gea. Vhe dan Gea melambaikan tanganya kepadaku dan Ze. Tiba-tiba Ze menarik tanganku meninggalkan tempat itu. “Gadis, Ze. Mau kemana?” tanya Gea. “bentar aja,” teriak Ze dari kejauhan. Gea mengajakku ke tempat yang sepi, dan Ze tampak serius memandangku. “apa kamu bener suka Reza?” tanya Ze menatap kedua mataku. Aku tidak tau harus berkata apa. Semua kebingunan merasuki otakku. Aku terdiam mematung. “iya,” kataku lirih.

“aku punya informasi tentang si Reza itu,” ungkap Ze. “info apa?” tanyaku kebingungan. “dia sudah mempunyai pacar,” kata Ze berbisik kepadaku. “kamu tau dari siapa?” tanyaku sedih. “kamu tau Viona Adelima kan?” kata Ze menguatkan. “ya.” “dialah pacarnya,” kata Ze. Aku sedikit ragu dan meneteskan air mata. “kenapa aku mencintai orang yang salah selama ini?” kataku menambah tangisanku. Isak tangisku terdengar oleh Vhe dan Gea. “kenapa dia?” tanya Vhe dan Gea. “kamu tidak salah mencintai dia tetapi kamu hanya belum beruntung mendapatkanya,” hibur Ze. Ze berbisik kepada Gea dan Vhe atas semua ini. “sudahlah Dis, kenapa harus menangis karena cinta?” hibur Gea. “iya, dia bukan sosok yang baik untuk kamu. Banyak cowok yang mau sama kamu di luar sana. Bahkan lebih baik dari Reza,” ungkap Vhe memberi semangat. Aku terharu dengan semuanya. Aku memeluk erat tubuh ketiga sahabatku itu dengan penuh keikhlasan dan aku tau dia bukanlah untukku.

Jumat, 03 Agustus 2012

Jatuh cinta yang salah



Sahabat adalah serangkaian jalian kasih
Dikala jatuh dia akan datang untuk mengangkatknya
dengan kedua tangannya.
Selalu mengharapkan kebahagiaan yang terurai
Di setiap serat-serat persahabatan
Bagiku sahabat adalah sebagian nafas yang aku punya
Walau terkadang mereka sering pergi meninggalkanku…
Tapi, mereka telah tergores di tinta jalan hidupku….
Sahabat tak pernah terurai oleh massa…
Dan tak kan pernah sirna hanya karena kebencian
Meskipun kadang tak sependapat
Namun selamanya akan tetap menjadi sahabat….

               Dulu, aku memiliki kehidupan yang sangat suram di masa kecilku. Aku nyaris tak punya teman ketika aku duduk di bangku SD dulu. Setiap kali aku mencoba untuk mendekati mereka, mereka malah menjauhi dariku. Padahal aku berusaha untuk bisa berteman dengan mereka, dulu aku menekan rasa maluku untuk mendekati mereka. Namun, itu semua sia-sia. Mereka menganggap suaraku hanyalah gemuruh yang lewat dan akan menghilang setelah suasana menjadi cerah. Mereka bilang padaku, aku hanyalah anak yang jelek, cupu’, dekil yang hanya dianggap sampah. Aku akui aku jelek dan cupu’. Namun, aku ga’ dekil. Tapi itu adalah presepsi orang. Dan aku harus terima itu. Aku hanya tak ingin membuat masalah.

               Hingga di suatu ketika, ada seseorang yang datang di kehidupanku. Sahabat pertama yang kumilki, dialah Arlen. Dia sangat baik padaku. Setiap kali aku menagis karena ejekkan teman-temanku, dialah yang menenangkanku. Meskipun kami masih kecil pada saat itu dan masih di anggap anak ingusan, namun bagiku dia adalalah malaikat berwujud manusia yang akan selalu menjagaku. Katika aku bersamanya, akhirnya banyak teman-teman yang aku punya. Aku akui, ketampanan Arlenlah yang membuat mereka mau berteman denganku. Aku sangat bahagia. Arlen selalu mengatakan padaku untuk tidak menangis di kala aku di ejek dengan sebutan mata kodok. Dia selalu bilang mataku ini indah seperti mata bidadari.

               Hingga di suatu ketika, Arlen pergi meninggalkanku. Dia pindah di kota Ambon. Rasanya sulit bagiku menghadapi semua ini sendirian. Teman-teman yang sempat ada, kini menghilang sejak kepergiannya Arlen. Dan kini aku harus memulainya lagi dari awal .

               Hari berganti hari. Tanpa terasa tahun-tahun pun terlewatkan. Ternyata 8 tahun sudah aku dan Arlen tak pernah bertemu. Bahkan sejak kepergiannya di hari itu, dia serasa benar-benar menghilang tanpa ada sepatah katapun dan tanpa meninggalkan jejak. Aku hanya bisa menangis ketika tahu dia sudah tidak ada di sisiku lagi. Begitu sulit menghadapi teman-teman yang suka memilah-milah teman. Namun, aku tahu aku akan mendapatkan sahabat yang baik di suatu hari nanti. Dan aku tahu dengan kekuatan cinta yang aku milki, semuanya akan terlihat mudah untuk dihadapi.

               Ya,,,, ternyata semuanya telah terjawab, aku sekarang memilki banyak teman dan bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Aku tahu Allah akan memberi jalan kepada orang yang mau berusaha untuk berubah. Dan itu terbukti di kehidupanku….

               Di tahun yang ke-8, di pertengahan tanggal bulan Desember lebih tepatnya 16 Desember 2008, Di kala itu aku masih duduk di bangku SMA. aku mendapatkan nomor ponselnya Arlen dari salah satu sahabatku Antoni. Kebetulan dia jalan-jalan ke ambon, dan bertemu dengan Arlen. Dari situlah Arlen menitipkan nomor ponselnya kepada Antoni untukku. tanggal 17 Desember 2008 aku menghubungi Arlen. Namun, dia tak pernah membals SMSku. Besoknya aku SMS dia lagi, namun tak ada sms balasan darinya. Sejak sat itu aku pun tidak menghubunginya lagi. Aku berfikir, Antoni cuman ingin mempermainkanku. Di hari yang ke-6, tepatnya tanggal 23 Desember 2008, aku di SMS sama Arlen. Itulah kali pertama aku dan Arlen berhubungan lewat komunikasi telpon.

               Ya Allah… betapa senangnya hatiku saat itu. Aku hanya bisa terdiam mendengar kelembutan suaranya. Suaranya masih terdengar seperti kami masih SD dulu, benar-benar lembut. Hingga disuatu hari aku ngirim sms ke dia, namun dia tak membalasnya tapi dibalas sama temannya yang bernama Alvin. Dari situlah akhirnya aku berteman dengan Alvin. Ternyata Arlen sengaja membiarkan temannya yang membalas SMSku. Dia ingin mendekatkanku dengan temannya Alvin. Sejujurnya hari itu aku agak kecewa, tapi ternyata Alvin adalah orang yang baik yang memilki banyak kesamaan denganku. Mulai dari aktivitas sampai dengan hal yang kami sukai. Dan itu membuatku tarasa nyambung dengannya.

               Semuanya masih berjalan dengan baik. Aku dan Alvin masih tetap berteman baik. Dia selalu mengirim SMS disaat waktu yang tepat. Sedangkan Arlen menghilang tanpa jejak. Aku sudah merasa nyaman dengan Alvin. Namun, di saat Alvin akan menyatakan persaanya padaku, malah aku menerima Arlen sebagai pacarku. Sungguh aku telah menyakiti persaan Alvin.

               Sejak saat itu, Alvin pun menghilang dari kehidupanku. SMS yang biasanya ku terima dari dia setiap hari, kini tak ada lagi. Mungkin dia marah padaku. Itulah awal persahabatnku hancur.

               Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin mengenal Arlen. Dia tak seperti Arlen yang kumilki seperti dahulu. Lingkungan telah merubahnya. Setiap kali dia ketemu denganku, dia selalu menceritakan mantan-mantannya padaku. Yang lebih parahnya lagi dia bilang padaku kalau dia masih mencintai mantannya. Dan lebih kacaunya lagi dia menyukai sahabatku Regina. Ya ampun…. Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya bisa tersenyum ketika dia mengatakan hal itu padaku. Entahlah apa yang dia inginkan. Yang pastinya itu membuatku sakit mendengarnya. Dia tidak memikirkan persaanku yang saat itu masih menjadi pacarnya.

               Aku berusaha bersabar, setiap kali dia curhat tentang masa lalunya aku selalu merubah statusku yang tadinya pacar, menjadi sahabat setia yang akan mendengarkan semua yang ia katakan. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang punya perasaan. Aku tak kuat mendengar pacarku selalu mengungkit-ngungkit mantan pacar yang masih dicintainya. Kalaupun aku bertahan, entah sampai kapan aku bisa bertahan menyembunyikan persaanku yang hancur setiap kali dia menceritakan hal itu padaku?

               Ya Allah… aku tak kuat menerima semua ini. Rasanya sakiiiit sekali…. Hingga di suatu hari aku ngirim sms dia, namun nomor ponsel yang ku gunakan adalah nomor ponselku yang baru. Dia membalas SMS ku. Namun di beberapa bulan berikutnya, aku tak pernah mengSMSnya lagi. Dan dia juga tak pernah mengSMSku.


               Hingga di suatu hari, dia SMSan dengan fitria temanku, dan bertanya kepada fitria kenapa aku ga’ pernah lagi menghubunginya? Dan fitria menyampaikan hal itu padaku. Dua hari selepas itu, aku pun mengirim SMS padanya. Dan dia membalas SMS ku juga dengan bertanya siapa aku. Aku menyuruhnya menebak.

               Awalanya tebakannya membuatku GR setengah mati. Dia berkata kalau akau adalah pacarnya yang jauh namun dekat di hati. “hah,,,,melegakan, ternyata Arlen masih mengingatku,” pikirku dalam hati.

               Ternyata aku salah menduga, orang yang dia bilang pacar yang jauh namun dekat di hati adalah bukan aku tapi pacarnya yang lain Dea Yesika. Ya Ampun,,,, aku hanya berusa mengatur nafas untuk membuat air mataku tak boleh terjatuh. Namun apa daya, aku adalah manusia biasa yang punya persaan dan sore itu air mataku akhirnya jatuh juga. Ternyata selam ini, dia tak pernah save nomor baruku. Aku hanya terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.

               Setelah mengetahui kebenarannya, aku pun mengSMSnya kalau yang dia tebak adalah salah. Ternyata dia tak pernah mengingatku. Mungkin selama ini aku keGRan dengan apapun yang dia katakan padaku di awal sebelum kami berdua berpacaran. Cinta telah membutakan mata hatiku. Sampai-sampai aku tak bisa melihat ketulusan dari orang yang menyayangiku. Dan Aku tak bisa membedakan yang mana kebohongan dan yang mana kebenaran.

               Setelah dia tahu kalau orang yang dia tebak adalah salah, dia pun mengirim SMS ke fitria dan meminta nomorku. Kamu tahu, setelah dia tahu kalau aku adalah orang yang SMSan dengan dia tadi, dia malah meminta maaf kepada fitria bukan padaku. Aku heran, dia tak bisa membedakan yang mana orang yang dia sakiti dan yang mana orang yang harusnya di mintai maaf.

               Tapi, tak apalah. Lagian aku bukan hakim yang harus menuntut dia untuk mengucapkan maaf padaku. Bagiku Arlen yang ku milki bukanlah Arlen yang ada padaku sekarang, tapi yang kumiliki hanyalah Arlen yang dulu ketika kita masih di bangku Sekolah Dasar. Aku tak membencinya, aku hanya kecewa dengan sikapnya yang sekarang. Waktu telah merubah dia menjadi orang lain. Aku tak bisa menyalahkan siapapun. Yang pastinya hidup ku akan terus berjalan meskipun tanpa Arlen.

               Mungkin benar sahabat akan selamaya menjadi sahabat. Namun, tak sedikit sahabat bisa menjadi cinta. Aku mengerti ini adalah kesalahanku dengan Arlen. karena di dalam hubungan yang kami jalani, ada seseorang yang kami sakiti. Dia adalah Alvin. “Maafkan aku sahabatku…!!!! Aku berharap kita bisa bertemu lagi dan bisa bersahabat seperti dahulu lagi.

Cinta Is Great
Semua akan berakhir pada waktunya
Tak akan ada yang tersisa
Semua yang ku miliki akan hilang
Yang tersisa hanyalah cinta
Cinta,,,,,
Entahlah itu benar ada atau tidak?
Kalaupun banar ada, mengapa cepat sekali berubah?
Ketika ku mencoba untuk percaya
Yang ada hanya dusta
Ya, dusta!
Mungkinkah aku jatuh cinta pada orang yang salah?
Atau mungkin aku yang terlau bodoh dalam mengenal cinta?
Namun, bagiku semua itu tak begitu berarti
Cinta memang ada untuk orang yang bisa merasakannya
Dan cinta juga bisa tak ada bagi orang yang tak pernah merasakannya
Semua orang bisa berubah karena cinta.
Namun tak sedikit orang orang yang mendustainya
Hah,,, cinta memang gila.
               Dan kini aku telah memaafkan semua yang telah terjadi. Aku tak bisa membencinya hanya karena dia pernah menyakiti hatiku. Dia sama sepertiku, dia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Selama 10 tahun berakhir, di tahun yang ke-11 aku baru ketemu lagi dengan Arlen, ketika itu aku berencana pulang kampung. dulu kami pacaran jarak jauh. Ternyata fellingku benar, dia telah berubah menjadi Arlen yang tak ku kenal. Namun, dengan perubahnnya itu, tak kan membuatku menghapusnya menjadi sahabat pertamaku.

               Pertemuan kami terjadi begitu singkat. Ketika dia melihatku, dia hanya meminta maaf atas semua yang telah dilakukannya padaku di waktu dulu. Sebagai seorang sahabat, aku memaafkannya. Karena aku tahu sahabat takkan pernah terubah hanya karena kebencian. Sejak saat itu, aku pun membuka lembaran baru bersama Arlen dengan memulai persahabatan yang dulu sempat hilang. Aku memang menyayanginya, namun rasa sayang itu tak lebih dari rasa sayangku sebagai seorang sahabat. Kesalahan di waktu dulu takkan terulang kembali.

               Sejak saat itu, kami tak bertemu lagi. Karena aku harus melanjutkan studyku di Makassar. Namun, bukan berarti kami kehilangan komunikasi. Sesekali dia mengSMSku atapun sebaliknya. Aku akan menjalin persahabatan ini dengan rasa sayang, kesaling hormatian, dan Saling menasehati tanpa harus mendustainya. Aku tahu, bila aku memulai dengan kebohongan, maka semuanya akan berakhir dengan kepahitan. Aku berharap dia bisa mengerti dengan persahabatan yang kami jalani saat ini.

THE END

Persahabatan yang hancur karena cinta

PERSAHABATAN YANG HANCUR KARENA CINTA

PERSAHABATAN YANG HANCUR KARENA CINTA - oleh: ARUM NADIA HAFIFI

Cinta itu memang kadang membuat orang lupa akan segalanya. Karena cinta kita relakan apapun yang kita miliki. Bagi kaum wanita mencintai itu lebih baik daripada dicintai. Jangan terlalu mengharapkan sesorang yang belum tentu mencintai kita tapi terimalah orang yang sudah mencintai kita apa adanya. Mencintai tapi tak dicintai itu seperti olahraga lama-lama supaya kurus tapi hasilnya nggak kurus-kurus. Belajarlah mencintai diri sendiri sebelum anda mencintai orang lain.

Gue Amel siswa kelas X. Dulu gue selalu menolak dan mengabaikan orang yang mencintai gue, tapi sekarang malah tebalik gue selalu diabaikan sama orang yang gue cintai.

Gue suka sama teman sekelas gue dan plus dia itu teman dekat gue, udah lumayan lamalah. Cowok itu namanya Nino anak rohis. Gue suka sama dia berawal dari perkenalan terus berteman lama-lama dekat dan akhirnya gue jadi jatuh cinta gini.

Oh iya gue punya temen namanya Arum, dia temen gue dari SMP. Arum gue dan Nino itu berteman dekat sejak masuk SMA.

Suatu hari gue ngeliat Arum sama Nino itu bercanda bareng dan mereka akrab banget seperti orang pacaran. Jujur gue cemburu, tapi gue nyembunyiinn itu dari Arum.

Lama-lama capek juga mendam rasa suka kayak gini. Akhirnya gue mutusin untuk cerita sama Arum.

``Rummmm gue mau ngomong sesuatu, tapi jangan bilang siapa-siapa``

``Ngomong apa?`` tanya Arum

`` Jujur gue suka sama Nino udah lama, dan gue cemburu kalo lo dekat sama Nino!`` Jawab
Amel

`` Lo suka Nino? Serius?`` Tanya Arum

`` Iya, tapi lo jangan bilang Ninonya`` gertak Amel

`` Iyaiya maaf ya kalo gue udah buat lo cemburu``

`` Okee ``

Amel makin lama makin dekat dan Amel susah untuk ngelupain Nino. Amel berfikir Nino nggak akan pernah jatuh cinta sama Amel. Walau Amel udah ngerasa seperti itu tapi dia tetap berjuang. Tanpa disadari Arum ternyata juga suka sama Nino.

Amel mengetahui kalo Arum suka sama Nino. Nggak disengaja Amel membaca buku diary Arum. Disitu tertulis curhatan Arum tentang perasaannya kepada Nino.

Setelah Amel membaca buku diary Arum, dia merasa kecewa karena temen sendiri juga suka sama cowok yang sama. Tapi Amel berfikir rasa suka itu datangnya tiba-tiba jadi siapa pun berhak untuk suka sama Nino. Amel tetap terus berjuang mengambil hati Nino, walau harapanya kecil.

Di taman sekolah Amel melihat Arum dan Nino sedang berincang-bincang, tapi ini beda mereka terlihat serius. Amel penasaran dan akhirnya ia nguping dibalik pohon.

``Ruummm gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue?`` Tanya Nino

Arum kaget dia bingung harus jawab apa, tapi akhirnya Arum menerima Nino jadi pacarnya tanpa memikirkan perasaan Amel sahabatnya sendiri.

`` Iya aku mau`` Jawab Arum

Amel yang mendengar jawaban Arum dibalik pohon kaget, dia tak menyangka sahabatnya akan tega. Tanpa berfikir Amel keluar dari belakang pohon.

`` Rumm lo pacaran sama Nino? Congrast ya lo udah bikin gue sakit hati``

Arum dan Nino kaget tiba-tiba Amel muncul dari belakang pohon dan bilang sperti itu.

`` Maafin gue Mell, tapi gue cinta sama Nino``

`` Yaudahlah ``

Amel langsung pergi meninggalkan Arum dan Nino. Perasaanya campur aduk nggak karuan, dia masih bingung kenapa temannya tega melakukan hal itu. Padahal Arum tau kalo Amel udah lama ngejar-ngejar Nino.

Persahabatan bisa hancur begitu saja karena cinta. Utamakan sahabat mu daripada pacarmu karena orang yang bakal selalu ada disaat kamu senang dan susah itu sahabat. Persahabatn yang dijalin cukup lama bisa hancur seketika karena masalah cinta.

Cinta Bertepuk Sebelah Tangan

Ketika dibangku menengah pertama, seorang gadis cantik yang bernama Sinta yang selalu diam dan sabar. Dia adalah murid pindahan dari Sumatra. Dia juga disukai banyak teman. Setiap hari banyak yang menemani dia, sehingga dia menjadi lebih akrab. Suatu hari, Sinta dan teman barunya, Sindy sedang berjalan menuju Musholla, tiba-tiba ada seorang cowok yang bernama Toni menghampiri mereka, lalu mereka kaget. Eh ternyata teman mereka sendiri, lalu mereka melanjutkan perjalanannya menuju Musholla.
Seminggu minggu berlalu, Sinta dan Sindy semakin akrab begitu juga dengan Toni. Kami bercanda tawa bersama sampai kita lupa sarapan siang, lalu kami pergi ke kantin dan kami makan bersama disana. Setelah itu, tak terasa bel pun berbunyi tanda pelajaran dimulai kembali.
“Aku masuk dulu ya ? “, kata Toni sambil melempar senyuman.
“Ya”, jawab Sinta dan Sindy membalas senyuman manis Toni. Dan pelajaranpun berjalan dengan lancar tanpa ada halangan apapun. Tiba-tiba bel berbunyi kembali tanda berakhirnya pelajaran. Sinta dan Sindy sangat senang, kemudian, mereka meninggalkan kelas. Setelah itu, Sinta menyuruh Sindy untuk pulang terlebih dulu. Ternyata alasan Sinta menyuruh Sindy pulang hanya untuk bertemu dengan Toni, lalu Sinta melihat Toni yang sedang duduk di gerbang, dan dia menghampirinya. Dan ternyata Sindy tidak pulang, malah dia ngintip mereka berdua yang sedang berbincang-bincang.
Ternyata Sinta punya rasa terhadap Toni semenjak dia bertemu dengannya. Akhirnya disitulah Sinta mengungkapkan perasaannya kepada Toni, tapi, Toni menolaknya.
“Kalau aku terima Sinta untuk jadi pasanganku, tapi bagaimana dengan Sindy? Aku sayang banget sama dia”,suara hatinya berkata.
Tiba-tiba ada suara di balik semak-semak, ternyata Sindy yang berada disana. Lalu Sindy lari dengan hati yang tak karuan.
“Ya Robbi, semenjak aku berteman dengan Sinta, aku mulai jatuh cinta pada Toni. Tapi, mengapa bisa terjadi seperti ini?. Mengapa Sinta punya perasaan yang sama denganku?. Ya Robbi, bantulah hambamu ini. Hamba tidak tahu lagi apa yang harus hamba lakukan”, suara hatinya berkata.
Setelah itu, tanpa pikir panjang Toni dan Sinta mengejar Sindy. Tapi, apalah daya Sindy telah jauh meninggalkan mereka. Akhirnya mereka langsung pulang karena hari semakin sore.
Pagi harinya, Sindy duduk termenung di depan perpustakaan. Melihat Sindy, Sinta menghampirinya.
“Eh Sindy, kemarin ngapain kamu ngintip aku dan Toni. Bukannya aku suruh kamu pulang?”, tanya Sinta setengah marah.
Sindy hanya diam dan menangis. Lalu Sinta pergi meninggalkannya. Tiba-tiba Toni datang menghampiri Sindy.
“Ada apa dengan kamu, Sindy?”, tanya Toni penuh dengan perhatian. Sindy tetap diam, tak ada satu katapun yang keluar dari mulutnya. “Aku tahu, pasti kamu mikirin masalah yang kemarin kan? Udah lah nggak usah pikirin hal itu. Memang benar, kemarin Sinta ngungkapin perasaannya padaku, tapi aku menolaknya. Asal kamu tahu aja, aku itu mencintaimu Sindy ?”,ungkap Toni dengan penuh harapan.
Lalu Sindy kaget dan menatap wajah Toni. “Apa semuanya itu benar?”, tanya Sindy mengakhiri tangisannya.
“ Apa kamu masih belum percaya padaku, Aku mencintaimu Sindy, aku mencintaimu”, ungkap Toni meyakinkan Sindy.
“Aku sebenarnya juga mencintaimu Toni”, jawab Sindy dengan senyum kegembiraan. “Lalu bagaimana dengan Sinta?”, tanya Sindy.
Udahlah kamu nggak usah mikirin dia, yang penting kita bisa bersama selamanya” kata Toni memberi harapan yang membuat hati Sindy berbunga-bunga.
Paginya, Sinta menghampiri Toni lagi. Akan tetapi Toni meninggalkannya begitu saja.
“Kenapa Toni berubah seperti itu ya?”, tanya Sinta penuh dengan kegelisahan dalam hati. Sinta mencari alasan mengapa Toni tiba-tiba berubah seperti itu. Seminggu minggu berlalu, Sinta marah-marah dan menangis tanpa sebab, hingga tak ada satupun dari temannya yang berani menghampirinya. Dia marah karena, dia tahu kalau Sindy punya hubungan dengan Toni. Kini Sinta sering nggak masuk sekolah tanpa ada keterangan.
Dahulu mereka akrab, kini telah hancur berantakan. Dan dulunya berteman, sekarang menjadi musuh.

Pengikut :

Voting yukss ;))