Penghuni
SMA Galaxy gempar di siang hari bolong. Bagaimana tidak, di Beni yang
cakep dan ortunya yang tajir dikabarkan sudah jadian sama Nania anak
kelas sepuluh dua. Emang oke juga sih kalau dilihat dari sosok Beni yang
cakep apalagi ortunya tajir. Tapi bila melihat sisi lain Beni yang
tulalit, bisa-bisa seluruh orang yang melihatnya selalu mengelus dada.
Bayangkan, hampir semua mata pelajaran tidak pernah mendapat nilai di
atas enam. Belum lagi kalau diajak ngomong, kayak kabel konslet alias
nggak nyambung. Sudah begitu, sukanya belagu alias suka pamerin harta
ortunya yang pejabat. Makanya, semua cowok pada bingung mendengar berita
duka itu. Masa, cewek sepinter dan secantik Nania dengan mudahnya
takluk pada Beni yang tulalitnya minta ampun itu.
“Gue curiga ama Beni. Pasti ada udang di balik batu,” kata Feri, anak
kelas tiga IPA dua di kantin. Hari ini dia bener-bener nggak selera
makan bakso kantin, padahal biasanya habis tiga mangkok. Sebab dia
naksir Nania mati-matian.
“Emangnya kenapa ?” tanya Rio, teman sekelas Feri. Kebalikan dari Feri,
dia begitu antusias makan bakso. Sudah dua mangkok bakso dilahapnya
habis, meski badannya tetap saja ceking kayak pengungsi dari Sudan.
“Masa….si tulalit itu bisa naklukin Nania yang cakepnya kayak Nia Ramadani,” kata Feri lagi.
“Elo..elo pada ketinggalan kereta sih,” seloroh Doni, salah satu fans
Nania juga yang duduk di kelas tiga IPS satu. Bedanya sama Feri, Doni
ini cocok jadi detektif. Hampir setiap gerak Nania paham betul. Mulai
Nania bangun tidur sampai tidur lagi diselidiki tanpa henti.
“Ketinggalan kereta ? Emangnya kenapa ?” tanya Feri penasaran.
“Nania tuh bisa takluk ama Feri karena baca surat cintanya Feri,” jawab Doni.
“Hah….mana mungkin si tulalit itu pinter nulis surat ?
“Kenapa, elo semua kagak percaya ?” tanya Rio.
“Pasti dia nyuruh orang buat nulis cinta,” tuduh Doni.
“Eh…nggak baik nuduh gitu. Just be a positif thinking…man !” kata Rio
tenang. Dibanding ketiga temannya, Rio berpenampilan paling cool. Meski
paling nggak enak dipandang mata he..he..he..alias nggak cakep. Namun
soal kedewasaan dan kepandaian, paling unggul. Hampir tiap semester
selalu menempati sepuluh besar di sekolah. Meski begitu, nggak ada
satupun cewek yang naksir. Mungkin saking ceking dan itemnya itu.
***
“Nah…betul kan dugaan gue,” kata Doni, saat mereka bertiga pulang sekolah.
“Bener apanya ?” tanya Feri.
“Nania takluk ama Beni karena surat cinta,” jawab Doni.
“Yang bener. Darimana elo tahu ?” tanya Rio heran. Selama ini tidak
satupun orang yang tahu kalau dia si penulis surat cinta dengan imbalan
bakso tiga mangkok dan nonton gratis di Cineplex 21 selama seminggu
berturut-turut. Kini hatinya mulai dag-dig-dug, takut kalau kedua
sohibnya tahu bahwa dia yang menulis surat cinta itu.
“Beni yang cerita padaku tadi pagi. Dasar tulalit, ya tetap tulalit. Gue
pancing-pancing dengan memberi pujian, akhirnya tanpa sadar dia ngaku
kalau surat itu bukan dia yang buat,” cerita Doni.
“Dia cerita ke elo kagak, siapa yang menulis surat cinta itu ?” tanya
Rio bimbang. Dia berharap Beni tidak cerita pada siapapun kalau dia yang
menulis surat itu.
“Kagak.”
“Kenapa nggak elo pancing lagi ?” tanya Feri gemas.
“Gue sudah pancing, tapi dianya yang benar-benar nggak mau ngaku.
Katanya sudah perjanjian,” jawab Doni. Hati Rio kembali tenang mendengar
pengakuan Doni. Ini berarti, sepulang sekolah dia harus cepat-cepat
menelpon Beni agar benar-benar tidak mengaku bahwa dialah yang menulis
surat itu. Kalau tidak, pasti identitasnya sebagai Mr X yang terkenal di
setiap majalah sekolah, mading dan cerpen-cerpen yang dikirim di
berbagai majalah remaja akan terungkap. Rio benar-benar ingin
merahasiakan identitasnya supaya dia bebas berkarya.
“Ini tidak boleh terjadi. Aku harus benar-benar merahasiakan identitasku,” pikir Rio.
“Tapi gue yakin, suatu saat akan tahu siapa si penulis surat itu,” kata Doni yakin.
Deg….dada Rio berdesir, kali ini jantungnya mulai dag-dig-dug lagi.
“Elo yakin ?” tanya Rio.
“Tentu, siapa sih yang nggak kenal Doni ? Gue kan dijuluki detektif ulung,” kilah Doni dengan bangga.
“Iya….gue juga mau bantuin elo Don. Gue penasaran banget nih ama si
penulis itu,” sambung Feri, tak kalah semangatnya. Meski mereka menyukai
cewek yang sama, tapi tetap kompakan.
“Gimana Rio, elo setuju kan ?” tanya Doni.
“Eh…iya..iya…tapi…itu kan bukan urusan kita ?” jawab Rio gugup.
“Bener juga sih elo…cuma siapa tahu dengan terungkapnya Mr X itu,
hubungan mereka putus. Itu artinya, gue punya peluang untuk jadi pacar
Nania. Ya nggak sih ?” kata Feri.
“Iya sih…tapi jangan jahat gitu dong,” usul Rio.
“Bukannya jahat, tapi gue punya niatan nolong Nania tuk ngebuktiin bahwa
dia tuh jadi korban penipuan Beni,” kata Doni. Mendengar temannya
bersemangat, Rio keder juga. Jangan-jangan suatu saat Doni tahu kalau
dialah si penulis itu.
“Gawat, gue harus nelpon Beni,” pikir Rio.
***
Kali ini SMA Galaxi gempar lagi tentang hubungan Nania dan Beni. Kini
terdengar kabar bahwa mereka sudah putus. Tentu saja membuat lega
sebagian cowok-cowok yang masih berharap pada Nania.
Selidik punya selidik, ternyata Nania ragu akan kemampuan Beni menulis
surat cinta itu. Maklum, ternyata Nania tuh romantis banget. Dari dulu
paling demen banget sama cowok yang romantis dan pinter nulis. Makanya,
begitu dia dapat surat cinta dari Beni, langsung percaya tanpa
diselidiki lebih dulu.
Apalagi dari sumber yang tidak diketahui asal-usulnya, ternyata si
pujangga itu adalah penulis di mading dan majalah sekolah adalah orang
yang sama. Padahal, Nania sangat suka sekali membaca karya-karya
pujangga yang selalu menulis namanya sebagai Mr X itu. Ini menambah
semangat Nania untuk segera mencari tahu siapa sebenarnya pujangga
idaman hatinya.
Untuk itu Nania membuat sayembara bahwa dia ingin banget pacaran sama
sang pujangga itu. Dari hasil pengumuman itu, alhasil, hampir semua
cowok pada ngaku kalau dialah si pujangga itu. Namun sudah lebih
seminggu, tak ada seorang cowokpun yang berhasil meyakinkan hati Nania.
“Elo nggak pengen ikut sayembara itu Don ?” tanya Feri.
“Pengen sih, tapi gue kan bukan si pujangga itu. Malu dong kalau ketahuan kayak Beni,” jawab Doni. “Kalo elo gimana ?”
“Sama sih… gue kan nggak bisa romantis-romantisan gitu,” jawab Feri
muram. Dia berpikir, andaikan dia tiba-tiba berubah jadi si pujangga itu
dan bisa membuktikan pada Nania, betapa bahagia dan indah hidup ini.
“Kalo elu gimana ?” tanya Doni. Hati Rio jadi deg lagi, dia khawatir,
jangan-jangan Doni memang benar-benar tahu bahwa dialah si pujangga yang
dimaksud Nania.
“Sorry, gue nggak ada tampang untuk itu,” elak Rio.
“Siapa tahu, tiba-tiba elo punya bakat jadi pujangga,” hardik Feri.
“Ah… Elo…ada-ada aja,” kata Rio singkat.
“Elo tahu kabar terakhirnya ? Nania sudah ngebet banget jadi pacar si
pujangga itu. Bagaimanapun tampang dan modelnya,” kata Doni.
“Yang bener ?” tanya Feri. Pantas, banyak banget cowok yang mengaku-ngaku sebagai pujangga itu.
“Meski bagaimanapun bentuknya ?” tanya Rio tak yakin.
“Iya.”
“Tuh cewekk gila banget. Gue harus berbuat sesuatu nih, semua yang
dilakukan Nania dan cowok-cowok gila itu harus dihentikan !” pikir Rio.
***
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, hati Rio berdesir-desir menunggu
kedatangan Nania. Sejak pagi tadi pikirannya galau membayangkan
bagaimana wajah Nania saat tahu bahwa dialah si pujangga itu. Pasti
Nania akan marah dan seumur hidup tak akan pernah menyapanya. Rio
berharap surat pernyataan bahwa dialah sang pujangga benar-benar sampai
ditangan Nania tadi pagi.
Sakit memang bila membayangkan apa yang akan terjadi atas dirinya pada
Nania. Tapi bagaimanapun juga, dia harus benar-benar mengatakannya.
Bukankah kejujuran itu sangat mahal harganya di jaman seperti ini ?
Bagaimanapun juga, Rio harus mengatakannya sekarang juga dengan segala
resikonya.
“Biar ditampar oleh Naniapun, aku harus tetap mengatakan yang
sebenarnya,” kata Rio dalam hati. Diliriknya jam tangannya, hampir lima
belas menit dia menunggu kedatangan Nania. Namun hingga detik ini, cewek
yang ditunggunya tak nampak.
“Mungkin dia tidak mau datang kesini. Kalau begitu…. aku akan berterus
terang di sekolah saja besok. Aku akan melakukannya sebagai seorang
lelaki…. Harus !” pikir Rio.
Tapi, tak berapa lama tiba-tiba gadis yang ditunggunya muncul,
sendirian. Benar-benar surprise. Dalam benak Rio, Nania akan datang
dengan Voni sohibnya yang juga keren itu.
“Kamu yang bernama Nania ya ?” tanya Rio, pura-pura. Yang disapa melongo
melihat seseorang menyebut namanya. Apalagi si penanya memiliki
wajah-wajah seperti orang Afrika, alias item dan keriting. Meski item
begitu, Rio itu manis juga lho, begitu kata mamanya.
“Sedang apa elo di sini ?” tanya Nania heran tanpa menyakan siapa nama Rio.
“Gue ? Gue lagi nunggu elo,” jawab Rio.
“Elo nunggu gue ? Jadi…..?” tanya Nania tak percaya.
“Iya…. Emang gue yang nulis surat itu. Sorry ya, elo boleh marah ama
gue. Tapi..suwer, nggak ada sedikit rasa untuk berbuat jahat ama elo,”
kata Rio mulai meyakinkan. Nania diam saja, dengan seksama dia
memperhatikan Rio, mulai ujung rambutnya yang keriting sampai ujung
sepatu yang sudah mulai usang.
“Jadi… elo yang bernama Mr X itu ?” tanya Nania, masih dengan nada tak percaya.
“Iya…. Elo mau bukti ? Tapi sungguh Nania, gue nggak ikutan sayembara
yang elo adain. Gue cuma pengen ngaku dosa-dosa gue.,” kata Rio.
Kemudian dia mengeluarkan surat dan cerpen-cerpen asli yang semuanya
sudah pernah dimuat di beberapa majalah, majalah sekolah dan mading.
Nania hanya membisu menyaksikan perbuatan Rio, tanpa mampu berkata
apa-apa lagi.
“Ini surat yang kutulis untuk elo atas nama Beni. Semalam, gue mencoba
mengingatnya. Karena sudah lebih sebulan, jadi banyak bagian-bagiannya
yang nggak mirip. Tapi gue yakin, elo masih ingat sebagian,” kata Rio
sambil menyerahkan tulisan tangan surat cinta yang pernah diterima
Nania.
Dengan rasa tak percaya, Nania menerima surat itu. Kemudian dengan seksama dibacanya surat tersebut.
“Yaa…surat ini mirip sekali dengan yang diberikan Beni untuk gue,” pikir Nania yakin. “Ternyata si pujangga itu adalah Rio.”
“Gimana… elo percaya ? Elo mau kan maafin gue. Mulai sekarang gue janji
ama elo nggak akan buat surat cinta palsu lagi,” kata Rio.
Nania masih diam mendengar pengakuan Rio. Tak disangka, sang pujangga
yang selama ini selalu dinanti karya-karyanya adalah Rio si bintang
sekolah yang sederhana sekali. Nania bingung, tak bisa menjawab. Dia
hanya memandang Rio, dalam hatinya timbul kekaguman.
Hampir setahun Nania selalu mengamati cerpen-cerpen dan puisi sang
pujangga yang menamakan dirinya Mr X. Baginya, Mr X adalah bintang di
hatinya. Karya-karya Mr X banyak memuat pesan-pesan positif untuk remaja
seusia mereka. Makanya, begitu dia membaca surat cinta yang dikirim
oleh Beni, nalurinya berbicara bahwa si penulis sangat mirip dengan gaya
bertutur Mr X yang indah, santun, bermakna dan apa adanya. Tidak ada
nada rayuan yang tertulis di dalamnya, namun tetap romantis. Nah lu…
bingung kan membayangkan surat cinta yang ditulis Mr X alias Rio ?
“Nania… elo maafin gue kan ? Kalo elo maafin gue, sebentar lagi gue akan
pergi dan janji nggak akan gangguin elo lagi,” kata Rio. Dia penasaran
banget melihat Nania diam membisu, tak berkata sepatah katapun. Rio
takut kalau Nania tidak memaafkan.
“Eh iya.. gue maafin,” jawab Nania singkat.
“Bener ? Thanks banget ya. Kalo gitu, gue langsung cabut aja. Sekali lagi thanks banget elo maafin gue,” kata Rio senang.
“Eit… tunggu dulu… aku masih punya syarat,” kata Nania kemudian.
“Syarat apaan ?”
“Syaratnya… elo harus jadi temen gue dan ngajarin gue gimana caranya
nulis kayak elo. Sejak kecil gue pengen jadi penulis. Tapi sampe
sekarang, nggak ada satupun cerpen yang bisa gue selesain. Please…
tolong gue ya,” kata Nania. Mendengar ungkapan Nania tadi, hati Rio
makin girang. Ternyata Nania tidak marah, bahkan mengajaknya berteman.
“Tentu saja.”
Lalu, tak lama kemudian Rio dan Nania berbicara panjang lebar tentang
keinginan masing-masing. Rio banyak cerita tentang karya-karyanya yang
memang dirahasiakan. Sedangkan Nania bercerita banyak tentang
keinginannya menjadi penulis.
Akhirnya, Nania tak jadi marah pada Rio. Dan Rio menjadi lega, karena
Nania menawarkan sesuatu yang indah pada dirinya, yakni persahabatan.
Bagi Rio, persahabatan dan memaafkan adalah sesuatu yang berharga dari
apapun.
Selengkapnya...